Chapter 31 - Kalung

2K 257 215
                                    


Tubuh Jessica terhenyak bersamaan dengan kedua mata yang secara reflek terbuka, nafasnya memburu dengan peluh yang membasahi dahinya. Atensinya beralih pada sisi samping dirinya yang tidak menemukan sosok Yuri yang semalam masih memeluknya.

Dengan perlahan dia pun mulai mendudukkan dirinya seraya menyibak surai panjang yang terlihat berantakan itu dengan jari-jarinya.

Lantas bertepatan dengan itu, terdengar suara langkah kaki dari arah walk in closet semakin mendekat. Ia pun mendongak lalu menemukan Yuri yang sudah segar dengan balutan pakaian rapi sambil tersenyum manis kepadanya.

"Good morning." Sapa lembut Yuri setelah mendudukkan bokongnya di bibir ranjang sisi yang di tempati Jessica.

"Good morning." Balas Jessica dengan suara paraunya.

Yuri yang memperhatikan Jessica mulai di buat heran karena melihat keringat yang banyak di dahi Jessica seperti orang yang baru saja berlari puluhan kilo meter.

"Gwaenchana? Kau berkeringat banyak sekali." Kata Yuri seraya tangannya terangkat untuk mengusap peluh yang ada di dahi Jessica.

"I'm fine but..." Jawaban Jessica sejenak tertahan, ia menghela nafas kasar hingga mengundang kernyitan di dahi Yuri yang masih heran, "I-I just had a bad dream again."

"Mimpi buruk lagi? Memangnya apa yang kau mimpikan?"

Kedua kelopak mata Jessica pun memejam sedikit lebih erat sampai kedua alisnya mengernyit lalu menjawab,

"Aku kembali bermimpi tentang seseorang yang tidak aku ketahui menyelamatkanku yang hampir saja tertabrak."

Seketika raut wajah Jessica mulai terlihat sedih, Yuri pun mengusap lembut puncak kepala Jessica untuk membantu istrinya agar lebih tenang.

"Gwaenchana, itu hanyalah bunga tidur. Jadi jangan terlalu di pikirkan." Ucap Yuri.

Namun hal itu malah memicu Jessica semakin ingin melanjutkan keluh kesahnya,

"A-aku sangat merasa bersalah sekaligus takut. Sampai sekarang aku tidak tau keadaannya bagaimana karena saat itu aku langsung di rujuk ke Jerman untuk penanganan yang lebih baik. Dan saat aku kembali ke Korea ternyata aku tidak bisa menemukannya walaupun aku sudah berusaha," Ujar Jessica terlihat sangat gusar dan sedih.

"Itu semua salahku, Yuri-ah. Jika saja aku tidak berada disana, orang itu tidak akan menolongku dan berakhir celaka bersamaku." Lanjut Jessica sambil kembali menyibak rambutnya.

Sejujurnya, sejak dirinya menikah dengan Yuri, ia memang sudah tidak lagi bermimpi buruk, namun pagi ini sukses membuatnya terkejut dan juga bingung, dia kembali mendapatkan sebuah mimpi itu lagi.

Mimpi tentang kejadian setahun yang lalu dimana dia hampir saja tertabrak oleh sebuah mobil namun dengan tiba-tiba seseorang yang sampai sekarang belum bisa ia temukan; seseorang yang menolongnya hingga dia dapat selamat dari maut itu.

Yuri masih mengusap puncak kepala Jessica sampai ke belakang kepala mengikuti surai panjang kecoklatan milik istrinya yang terlihat sedikit berantakan khas orang yang baru saja bangun tidur. Kedua matanya tak pernah lepas untuk memandang Jessica.

"Sica-ya, dengarkan aku. Semua yang telah terjadi adalah takdir, dan jika kau mengkhawatirkannya, berdoalah semoga orang itu sekarang baik-baik saja, menjalani hidupnya dengan bahagia. Maka dengan seperti itu setidaknya dapat meringankan bebanmu sampai suatu saat kau di beri kesempatan untuk dapat bertemu dengannya."

Mendengar sambil terus terpaku pada netra Yuri tanpa sadar membuat perasaan Jessica sedikit lebih baik, untuk beberapa saat ia tenggelam dalam lautan pesona dari kedua mata Yuri yang memancarkan kehangatan dan perlindungan seakan berkata bahwa 'everything will be okay'.

Marriage Contract •YulsicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang