Chapter 10 - Beban Yang Di Tinggalkan Appa

2K 267 77
                                    


Yuri melangkahkan kakinya keluar dari rumah sakit saat matahari ternyata sudah berganti dengan rembulan, dia baru saja memanfaatkan waktu senggang-nya untuk menjenguk sang Eomma yang di rawat di rumah sakit ini, dan sekarang dia harus kembali ke penthouse sang Presdir karena ia rasa sudah terlalu lama ia pergi.

Dia berjalan santai sesekali melihat-lihat bangunan berbagai toko di pinggir jalan kota Seoul sambil berniat menuju halte dimana bus biasanya singgah—karena dia memang berencana menaiki bus sebagai alat transportasinya, namun getaran ponsel tiba-tiba mengintrupsinya menandakan bahwa seseorang sedang meneleponnya.

Dengan cepat ia merogoh saku di dalam jas hitamnya untuk mengambil handphone-nya.

Tertera nama sahabatnya yang ia rasa sudah berminggu-minggu ini mereka tidak saling bertemu karena kesibukan masing-masing. Untung saja sesekali mereka masih saling berkirim pesan entah untuk menanyakan keadaan Eomma ataupun hanya sekedar berbagi lelucon selama mereka tidak bertemu.

"Eoh, Taeng? Ada apa?" Sapanya saat panggilannya sudah tersambung setelah ia berhasil menggeser tombol hijau.

Sambil menerima telepon Yuri kembali melanjutkan langkahnya beberapa langkah hingga ia berada tepat di depan minimarket yang masih buka, kedua matanya melirik pada minimarket yang masih buka itu, seketika perutnya merasa lapar.

"Eodi?" Suara Taeyeon langsung mengisi pendengaran Yuri dengan bertanya to the point menanyakan keberadaan Yuri.

"Aku akan masuk ke minimarket, wae?" Jawab Yuri sambil melangkah masuk ke dalam minimarket itu sekedar mencari makanan ringan yang dapat mengganjal perutnya.

"Tumben sekali, kau tidak bekerja?" Tanya Taeyeon merasa sedikit heran.

"Tentu saja bekerja, tapi setelah aku mengganjal perutku terlebih dahulu." Saut Yuri, "Memangnya kau ada dimana sekarang?" Lanjutnya bertanya.

"Di cafe dan hari ini aku tidak bisa mampir ke rumah sakit untuk menjenguk Eomma, ada yang merayakan pesta ulang dan menyewa cafeku, jadi aku harus lembur membantu para karyawan-ku." Jawab Taeyeon mengatakan hal yang menjadi niatnya untuk menghubungi Yuri.

"Gwaenchana, aku baru saja dari rumah sakit, Eomma baik-baik saja. Kau jangan khawatir." Saut Yuri santai.

Yuri baru sadar dari tadi background suara Taeyeon memang sangat berisik sepertinya sahabatnya itu sekarang memang sangat sibuk malam ini.

Dia senang cafe milik sahabatnya itu selalu ramai dengan pelanggan dan sepertinya Yuri tau salah satu alasannya selain memang cafe milik sahabatnya itu sangat cozy dan cocok untuk para remaja sekedar menghabiskan waktunya bersama teman-teman maupun kekasihnya—alasan lainnya karena si pemiliknya itu tampan dan itu menjadi daya tarik lainnya bagi orang-orang khususnya para gadis-gadis dari berbagai macam usia.

"Syukurlah," Samar terdengar suara helaan nafas lega dari Taeyeon.

"Yah, aku harus bertanya padamu. Ini penting." Ucap Yuri tiba-tiba dengan nada yang serius.

Yang lantas langsung di sauti oleh Taeyeon, "Wae? Wae?"

"Tapi kau harus menjawab dengan jujur ya?"

"Iya, cepat katakan apa yang ingin kau tanyakan?" Saut Taeyeon tidak sabar. Karena selain dia memang penasaran dengan apa yang akan di tanyakan oleh Yuri, ia juga tidak punya banyak waktu karena harus segera kembali membantu karyawan di cafe miliknya.

"Ramyeon atau jajangmyeon?" Celetuk Yuri polos. Ternyata sejak tadi mata legam itu manatap dua cup mie instan yang berbeda dengan pandangan dilema sambil menunggu pendapat dari sahabatnya.

Marriage Contract •YulsicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang