PART 3 : Dasar Banci [REVISI]

19.6K 1.1K 38
                                    

Alexa melangkahkan kaki masuk sekolah. Lapangan hari ini ramai. Kenapa? Bukannya hari ini hari Selasa? Seharusnya tidak ada upacara. Alexa masuk dan coba melihat. Ternyata lapangan ramai karena ada pertandingan basket.

Alexa ikut menonton. Basket adalah olahraga kesukaan Alexa. Alexa sudah mendalami olahraga ini sejak dia duduk di bangku Sekolah Dasar. Dua orang pria sedang bertanding. Kalau tidak salah ingat salah satunya itu pacarnya Retta. Satunya lagi Septian. Alexa bukan gampang menghafal orang. Tapi karena Septian dan teman-temannya mempunyai ciri khas sendiri. Aura mereka masing-masing.

Saat Alexa tengah fokus memperhatikan gerakan bola itu, tiba-tiba bola itu mengarah padanya. Septian melakukan shoot tapi gagal dan akhirnya bola itu terpantul ring menuju pinggir lapangan. Sigap Alexa langsung menghidar. Untung saja tepat waktu.

Septian mendekat. Bukan ke Alexa, tapi pada bola yang ada di belakang Alexa. Septian mengambil bola itu lalu kembali bermain. Alexa mengernyit. Bola itu hampir mengenai wajahnya. Namun pria itu bersikap cuek saja. Tidak ada kata maaf yang keluar dari mulutnya.

Alexa berdecak. Masa bodohlah. Mau Septian minta maaf atau tidak juga Alexa tidak peduli. Yang pasti Alexa tidak mau berurusan dengannya.

~~~~~~~~~~°

“Eh, ada Alexa.” Alexa berpapasan dengan Septian dan teman-temannya.
Alexa membalas sapaan Farrel dengan senyuman kecil.

“Aduh! Manis banget sih. Gue jadi diabetes nih.”

“Kolestrol sekalian,” sahut Adam. “Biar penyakitan.”

“Enak aja! Doain yang bener napa.”

“Nih, Sep. Kemaren katanya mau kenalan.” Vino menyenggol bahu Septian.

“Kapan gue bilang?” tanya Septian datar.

“Kemaren. Kan lo sendiri yang bilang Alexa cantik banget. Orangnya udah udah di depan mata sekarang,” kata Jorges.

“Katanya body-nya mantap ya, Sep?” Farrel tertawa.

“Nggak usah fitnah lo!” Septian membela diri.

“Biasa, Xa. Malu-malu gitu Asep. Asep kan penyandang status jomblo terlama di antara kita,” kata Vino. Asep, nama panggilan Septian dari teman-temannya. Septian dipanggilnya ‘Sep’, Asep dipanggilnya ‘Sep’. Cocok bukan? Tapi Septian tidak suka namanya diganti-ganti jadi seperti itu. Jadi teman-temannya tidak memanggilnya lagi dengan sebutan Asep. Pernah sih, tapi jarang-jarang. Padahal menurut mereka namanya bagus kok. Aesthetic.

“Berisik.” Septian mendahului teman-temannya.

“Woi, Sep! Maen pergi-pergi aje lo.” Teriakan Adam tidak digubris oleh Septian.

“Xa, kita duluan ya.” Adam, Vino, Farrel, dan Jorges menyusul Septian.

“Ya elah, Sep. Gitu aja marah,” ucap Jorges yang sudah menyamai langkahnnya dengan Septian. “Tiati jodoh beneran.”

“Sok tau,” balas Septian.

“Lo nggak mau cari cewek, Sep? Mumpung Revan lagi nggak ada. Kalau Revan ada pasti lo homo-an terus sama dia,” kata Vino.

Septian berdesis. “Gue bukan nggak mau. Cuma belom ketemu yang pas aja.”

“Ya makanya lo cari. Kalau lo diem doang mah nggak bakalan ketemu,” kata Farrel.

“Tungguin aja.  Jodoh nggak akan kemana.”

“Awas aja jodoh lo gue tikung,” kata Farrel yang langsung mendapat toyoran dari Septian.

“Lo tikung pun pasti balik lagi ke gue. Namanya juga jodoh gue.”

~~~~~~~~~~°

“Xa, bantuin gue kumpul buku, yok. Ke ruang guru.” Retta mendapat tugas dari Bu Dira untuk mengumpulkan buku PR anak kelas sebelas IPA 2.

Septian Adelio [PRE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang