PART 8 : Pemain Pengganti

15.1K 986 39
                                    

"Kak Septian." Panggil Nessa saat Septian berkumpul di kantin bersama teman temannya.

"Eh ada Nessa. Cari gue ya ?" Kata Farrel. Memang Playboy pria yang satu ini.

"Gue cari Kak Septian, bukan lo. Lagian ngapain gue cariin lo."

Jawaban dari Nessa pun memecah gelak tawa Septian dan teman temannya.

"Tega banget sih, Nes." Kata Farrel.

Septian menaikan dagunya lalu menatap ke arah Nessa tanpa berkata apa pun. Nessa adalah salah satu pemain inti basket putri dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan basket putri.

"Pemain buat lomba basket putri kurang kak." Kata Nessa.

"Kenapa ga lo cari dari kemaren ?"

"Kemaren udah full kak. Cuma tiba tiba Fanny kabarin gue katanya kakinya patah. Gue belom terlalu yakin, kak, sama pemain pemain cadangannya."

Septian berpikir sejenak. Memang anggota basket putri kebanyakan kelas X dan masuk hanya untuk mendekati Septian. Namun, usaha mereka selalu gagal karena sikap Septian yang acuh tak acuh.

Septian memperhatikan sekelilingnya tanpa tujuan yang jelas. Tiba tiba matanya berhenti bergerak dan tertuju pada seorang gadis yang tengah makan bersama ketiga temannya.

"Yauda itu gue aja yang urus." Kata Septian pada Nessa.

~~~~~~~~~~°

"Lo diancem kayak gitu, Xa ?" Kaget Hana saat Alexa menceritakan ancaman Septian padanya saat ekskur basket kemarin.

Alexa hanya mengangguk.

"Berarti lo gak bisa keluar dong ?" Tanya Claretta.

"Gak tau gue."

"Lagian lo, Xa, ada ada aja sih. Kemaren pake ribut sama dia segala lagi." Kata Nara.

"Udah ah jangan buat gue pusing." Ucap Alexa.

Bel masuk sudah berbunyi bersamaan dengan selesainya obrolan keempat gadis itu. Guru berkepala botak dan berkumis lebat memasuki ruangan kelas XI IPA 2.

"Selamat pagi." Sapa Pak Wayu.

"Pagi, pak." Ucap serentak murid murid.

"Kumpulkan PR dimeja saya."

Alexa terkejut mendengar kalimat yang dilontarkan Pak Wayu. "Ta, emang ada PR ?"

"Ada, yang halaman 100 sampe 102." Jawab Claretta.

Alexa berpikir sejenak. "OHHH IYAAA !!!"

"Kenapa ? Lo belom kerjain ?"

"Mampus guee. Belomm."

Pak Wayu menyuruh salah satu anak menghitung jumlah buku yang sudah di kumpulkan. Kurang satu buku.

"Siapa yang belum kumpul ?" Tanya Pak Wayu.

"Sa-saya, Pak." Alexa mengaku.

"Sini kamu !" Perintah Pak Wayu.

Pak Wayu memberikan Alexa setumpuk lembaran kertas. "Kerjakan semua ini. Saya tunggu sampai jam pulang sekolah."

Walau tampangnya galak, Pak Wayu bukan lah tipe guru yang suka menghukum murid secara fisik. Menurutnya, menghukum melalui pembelajaran lebih efektif dari menghukum secara fisik.

Dengan secepat kilat Alexa berusaha menyelesaikan semua tugasnya. Ia sampai rela mengorbankan waktu istirahat keduanya hanya untuk tugas ini, lebih tepatnya hukuman ini. Walaupun urak urak an, Alexa bukan lah murid yang bodoh. Ia hampir menyelesaikan pekerjaannya, terisa 5 lembaran kertas terakhir. Namun sayang bel pulang sekolah sudah berbunyi.

Septian Adelio [PRE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang