PART 41

7.3K 483 13
                                    

Septian memandang Alexa yang sedang mendribel bola di pinggir lapangan dari jauh. Saat ini lapangan sedang ramai karena anak-anak SMA Harapan datang untuk sparing basket dengan anak-anak SMA Candra Pusaka. Waktu sparing akan dimulai lima menit lagi.

Septian menghampiri Alexa dan duduk di dekatnya. Alexa meliriknya sebentar, lalu lanjut mendribel bola. Dia masih kesal dengan Septian.

"Xa." Panggilan Septian tidak digubris Alexa.

"Alexa."

"Apaan sih?" jawab Alexa ketus.

"Serius banget. Cuma sparing doang," kata Septian.

"Terus gue harus bercanda?"

"Gak usah serius-serius banget kali."

"Diem deh lo. Gak usah berisik."

"Emang gue berisik?"

"Banget."

"Enggak tuh."

Alexa memutar bola matanya malas. Sebentar lagi sparing dimulai. Alexa dipanggil oleh timnya untuk bergabung.

"Temenin gue ke rumah sakit," kata Septian saat Alexa ingin pergi.

"Lo aja sendiri."

"Gue tunggu di kantin abis selesai tanding." Septian bangkit. Mengusap puncak kepala Alexa, kemudian pergi.

Alexa berdecak. Apa-apaan pria ini. Bisa seenaknya marah dan menyebalkan. Tetapi dia juga bisa membuat Alexa senang tak karuan. Hanya hal kecil yang Septian lakukan. Itu bisa membawa Alexa seakan terbang ke atas langit paling tinggi.

"XA."

Teriakan dari Cherry menyadarkan Alexa. Alexa segera berlari dan bergabung dengan timnya.

~~~~~~~~~~°

"Keren banget, Xa, shoot lo," puji Nesa setelah mereka selesai sparing.

"Sebenernya meleset shoot gue. Mau nyetak three point tapi gagal. Untung lo tangkep bolanya," jawab Alexa jujur. Mencetak three point adalah kelemahan Alexa dari dulu. Bola itu sering melambung tidak tepat pada ring.

"Ohh itu gagal?" tanya Nesa. "Gue kira emang lo mau oper ke gue." Alexa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Mengingat kesalahannya bisa ditutupi oleh timnya. Itulah fungsi kerja tim.

"Xa, gimana kalau semester depan lo gantiin gue jadi penanggungjawab ekskur putri?" tawar Nesa.

"Gantiin lo?"

"Iya. Kan jabatan gue cuma satu semester. Semester depan gantinya lo aja. Gue yakin Pak Ganang sama Dion juga setuju milih lo."

"Kenapa gue?" tanya Alexa.

"Lo mainnya bagus," kata Nesa. "Gimana, mau nggak?" tawar Nesa sekali lagi.

"Nanti deh gue pikirin lagi." Sejujurnya tidak ada lagi yang perlu dipikirkan. Alexa bisa saja langsung menerima tawaran tersebut. Tapi dia merasa belum bisa.

"Ya udah. Lo kasih tau gue aja. Ntar gue yang usulin ke Pak Ganang sama Dion."

Alexa mengangguk. Alexa baru teringat Septian menunggunya di kantin sehabis selesai. "Gue duluan ya, Nes."

Alexa berjalan menuju kantin. Harusnya kan dia tidak usah datang. Kenapa dia jadi menuruti Septian? Kakinya terus melangkah ke kantin dengan pikirannya yang terus menggerutu.

Sesampainya di kantin, Alexa tidak menemukan Septian. Di tempat biasanya dia duduk juga tidak ada. Jangan bilang dia ngerjain gue.

Alexa menuju ke kulkas salah satu pedagang. Alexa mengambil sebotol air dingin dan membayarnya. Alexa melihat jam di ponselnya. Lima belas menit Septian tidak ada, dia akan pulang.

Septian Adelio [PRE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang