Alexa berpapasan dengan Septian. Ia berjalan tanpa melihat Septian, seolah tidak ada siapa-siapa. Sebenarnya ia masih curiga dengan Septian. Belum lagi saat Alexa mencuri pandang ke arahnya, ada luka di wajahnya. Alexa tambah curiga dengannya. Tapi ia sudah terlanjur kesal dan memilih mengabaikan Septian.
"Xa."
"Apaan?"
"Jutek banget sih jawabnya." Cibiran Septian membuat Alexa melotot padanya.
"Lo mau ke mana?"
"Ke mana aja," jawab Alexa. "Kemaren ke mana?" tanya Alexa to the poin.
Septian sedikit terkejut dengan suara Alexa yang meninggi. "Ke wabus. Kan gue udah bilang sama lo."
"Kenapa gak sekolah?"
"Telat, Xa."
"Bohong."
Septian mengernyitkan dahinya. "Enggak, gue telat."
"Farrel bilangnya lo bolos di rooftop."
Septian diam sejenak. Ia mengumpat dalam hati. Apa yang Farrel bilang pada gadis ini? Kenapa Farrel tidak tanya dulu padanya?
"Itu muka lo kenapa luka?"
"Gak apa."
Alexa menengok ke tangan Septian dan melihat ada luka juga. "Tangan lo kenapa itu? Coba liat."
Septian menyembunyikan tangannya ke belakang. "Gak apa. Luka kecil doang."
"Liat."
"Nggak. Udah nggak usah kepo," kata Septian. "Hari ini pulang sama gue."
"Nggak mau."
"Gak nerima penolakan."
"Bodo, gue gak mau."
"Ntar pulang gue ke kelas lo."
"Maksa banget sih!" kesal Alexa. "Jawab dulu pertanyaan gue tadi. Baru gue pulang sama lo."
"Apa?"
"Kenapa lo gak masuk sekolah kemarin? Terus muka sama tangan lo kenapa luka?"
"Kepo ya lo."
"Terserah deh. Males ngomong sama lo." Alexa meneruskan langkahnya yang sempat terhenti saat Septian memanggilnya.
"Gue ketemu Bara." Alexa seketika membalikkan badannya. "Tangan gue ke gores doang."
Alexa menatap Septian lama. "Berarti bener lo bohong." Alexa berjalan meninggalkan Septian.
~~~~~~~~~~°
Septian duduk mengangkat kakinya di belakang kelas. Ia dan teman-temannya sedang menunggu jam pelajaran dimulai setelah istirahat. Jorges datang dan menumpahkan minumannya ke baju Revan. Sontak teman-temannya yang lain menjadi heboh. Mereka berdiri dan bersorak selayaknya melihat adegan besar.
"Sorry, Van, gak sengaja," kata Jorges minta maaf.
Minuman itu berwarna berwarna coklat sehingga baju seragam putih Revan juga terjiplak warna coklat. "Seragam gue kok berubah warna? Waduh Bisa di marahin mak gue nih kalau gini ceritanya."
Septian duduk sambil melihat teman-temannya yang sibuk membersihkan noda di seragam Revan. Alvino memberikan tissue untuk meresap minuman itu dari seragam Revan. Meski sudah setengah kering, noda itu tidak hilang.
Revan sudah membayangkan apa yang akan terjadi padanya setelah pulang sekolah nanti. Ocehan dari ibunya pasti akan terdengar. Pernah sekali Revan memecahkan botol tupperware milik ibunya. Alhasil ibunya mengoceh hampir satu jam padanya. Bisa di pastikan kali ini nasibnya akan seperti waktu itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Septian Adelio [PRE ORDER]
Storie d'amore[OPEN PRE ORDER (@_gentebooks)] "Oke, Alexa, ini sekolah ketiga lo. Jangan sampe lo di keluarin lagi." • • • • • • • • • • • "ADUH GUE GAK BISA, ADA KAKEL BIKIN EMOSI MULU !"