PART 13 : Ucapan Terima Kasih

12.2K 780 23
                                    

Sinar matahari pagi yang cerah menembus jendela kamar seorang pria. Membuat pria itu bangun dari lelapnya. Septian menatap jam dinding di tembok bagian kanannya. Jam 6. Tidak biasanya Septian bangun sepagi ini. Mungkin ini karena efek tengkuknya yang masih sakit sehingga sulit mencari posisinya nyaman saat tidur.

Septian bangkit dari kasur kingsizenya dan bergegas menyiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.

"Den Septian mau berangkat sekolah ?" Tanya Bi Ida yang melihat Septian mengenakan seragam sekolah.

"Iya, bi."

"Tapi kan aden masih sakit."

"Engga kok, bi. Gak papa."

Walaupun terlihat masih sakit, Septian tetap ingin masuk sekolah. Bi Ida tidak mencegahnya karena ia tau Septian tidak akan mendengarnya.

"Yauda, sarapan dulu, Den. Udah bibi bikinin roti."

"Iya, bi. Makasih." Septian duduk di meja makan yang besar. Meski besar, meja makan itu hanya selalu di tempati Septian sendiri. Orang tuanya jarang sekali ada di rumah.

"Bi, Septian pergi dulu ya." Pamit Septian setelah menghabiskan rotinya.

"Iya, den. Hati hati."

Septian menancapkan gas secepat mungkin. Melewati jalanan yang sudah ramai meski masih pagi. Pikirannya kacau. Kejadian kemarin membuat ia terus memikirkan Alexa. Gadis itu tengah memenuhi pikirannya sekarang.

~~~~~~~~~~°

Septian berjalan menuju kelasnya. Seperti biasa, Septian mendapati teman temannya yang sedang mengganggu siswa siswi yang baru datang.

"Jalan jalan ke Jogja naik kuda."

"Lo mau ngapain, Rel, ke Jogja naik kuda ?" Tanya Revan.

"Diem, Van. Gue lagi mau pantun nih."

Revan, Adam, Alvino, dan Jorges pun terkekeh.

"Lanjot, Rel !" Seru Adam.

"Guee ulang nihh."
"Jalan jalan ke Jogja naik kuda."
"Cakep." Seru keempat pria di belakang Farrel.
"Makin cakep aja, Neng Dinda."
"EEEAAAA!!" Seru keempat pria itu lagi.

"Apaan sih, Rel." Kesal Dinda. "Minggir sana ! Gak ada kerjaan apa lo ngalangin gue terus ?"

"Ada dong. Kan abang mau ngobrol sama Dinda sayang." Rayu Farrel.

Dinda mengerutkan dahinya. Ingin cepat cepat rasanya pergi dari kelima pria itu. "Sayang sayang pala lo peang ! Udah sana awas lo !"

"Ada syaratnya dong. Follback ig gue dulu baru boleh lewat."

"Caelah ig aja kaga di follback, apalagi perasaan." Celetuk Jorges membuat pria pria itu terkekeh lucu.

"Sabar dong. Lagi berjuang nih." Jawab Farrel.

"Berjuang tapi godain cewe lain." Kata seorang pria yang berjalan ke arah mereka. Perhatian kelima pria itu sontak beralih padanya. Kesempatan ini lantas dimanfaatkan Dinda untuk masuk ke kelasnya.

"Lo udah gak papa, Sep ?" Tanya Revan.

"Gak papa."

"Masih sakit ?"

"Gak. Udah gak usah di bahas lagi." Septian langsung masuk ke kelasnya.

~~~~~~~~~~°

Guru bersanggul tebal dan beralis buatan memasukki kelas XI IPA 2. Bu Fika, guru sejarah. Guru ini selalu saja masuk dengan membawa buku yang tebal, tidak tau untuk apa tujuannya.

Septian Adelio [PRE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang