Seorang siswi berlari dengan kecepatan penuh, sedang menghindar dari seseorang yang mengejarnya. Siswi itu menoleh ke belakang, memastikan orang itu masih jauh darinya.
“ALEXA! BERHENTI KAMU!”
Alexa yang mendengar teriakan Bu Tuti bukannya berhenti, malah semakin mempercepat larinya. Minggu ini Alexa sudah tertangkap tiga kali oleh guru bimbingan konserlingnya itu karena membolos. Kali ini jangan sampai lagi.
Di tengah berlari, Alexa menyadari sesuatu keluar dari saku rok abu-abunya. Alexa berhenti dan melihat. Sial! Ponselnya terjatuh. Jarak Bu Tuti sudah dekat dengannya. Haruskah dia mengambil ponselnya? Atau lanjut berlari?
Alexa bimbang. Ia melihat ponselnya lalu Bu Tuti secara bergantian. Tidak ada pilihan lain, Alexa berhenti. Mau laripun Bu Tuti pasti akan mengambil ponselnya. Dan ujung-ujungnya Alexa juga akan berakhir di ruang BK.
Bu Tuti langsung menarik tangan Alexa. Sudah cukup muridnya ini membuat dirinya berlari-lari hampir sepanjang minggu. Terkadang satpam sekolah sampai harus ikut turun tangan untuk mengejarnya. “Kamu ini ya, aduh! Bikin saya capek aja ngejar-ngejar kamu!”
“Mau bolos kan kamu?!” Bu Tuti menyeret Alexa paksa. “Ikut ibu ke ruang kepala sekolah!”
Alexa pasrah mengikuti Bu Tuti. Bu Tuti sudah menyerah membawa Alexa ke ruang BK. Langsung saja ke ruang kepala sekolah. Sampai di ruang kepala sekolah, Bu Wini, selaku kepala sekolah hanya bisa geleng-geleng kepala. Bu Wini menyelidik penampilan Alexa dari atas sampai bawah. Lengan seragamnya dilipat ke atas, kaos kakinya pendek, rambut hitam panjangnya yang terurai sedikit berantakan.
Meski penampilan Alexa demikian, ia tidak pernah memakai make up menor ke sekolah. Apalagi sampai mengecilkan seragamnya.
“Bajunya benerin itu! Kaos kakinya naikin!” suruh Bu Wini. Alexa menurut. Tidak bisa berkutik lagi. Satu hal yang paling Alexa takutkan jika di ruang kepala sekolah. Yaitu…
“Panggil orang tua kamu besok. Ibu mau bicara.”
Iya itu, Alexa paling takut orang tuanya dipanggil.
~~~~~~~~~~°
Alexa masuk ke dalam rumahnya. Hari ini ayahnya datang menemui kepala sekolah. Alexa langsung menghempaskan dirinya ke atas sofa. Lagi-lagi begitu.
“Keluar lagi, mas?” tanya Dian, ibu Alexa. Aldo, ayah Alexa, mengangguk mengiyakan istrinya.
“Alexa. Alexa.” Dian menggeleng heran. Dian memberikan sebuah formulir pada Alexa. Formulir daftar ulang sekolah yang sengaja Dian siapkan jauh-jauh hari. Mengingat Dian sangat hafal dengan kelakuan putrinya itu.
“SMA Candra Pusaka, sekolah ketiga kamu. Kalau kamu sampai dikeluarin lagi, mama sama papa nggak akan sekolahin kamu lagi.”
Alexa mendengus. Ia mengambil formulir itu dari tangan Dian.
Namanya Alexa Chavali. Gadis kelas XI yang sudah dua kali dikeluarkan dari Sekolah Menengah Atasnya. Bolos pelajaran, tidak mengerjakan tugas, sering bertengkar menjadi alasannya dikeluarkan. SMA Candra Pusaka adalah sekolah terakhir untuknya.
Mulai dari sekarang, Alexa harus berubah.
~~~~~~~~~~°
Seminggu berlalu setelah Alexa dikeluarkan dari SMA Wijaya. Kini Alexa berada di sekolah barunya. Sekolah besar dengan dua buah lapangan yang luas. Ini adalah sekolah paling besar yang pernah Alexa tempati selama masa SMA-nya.
Lapangan cukup ramai karena hari ini hari Senin. Hari yang paling dibenci seluruh siswa. Mereka harus datang ke sekolah lebih pagi untuk mengikuti upacara bendera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Septian Adelio [PRE ORDER]
Romansa[OPEN PRE ORDER (@_gentebooks)] "Oke, Alexa, ini sekolah ketiga lo. Jangan sampe lo di keluarin lagi." • • • • • • • • • • • "ADUH GUE GAK BISA, ADA KAKEL BIKIN EMOSI MULU !"