Dinding Punya Telinga

24 1 0
                                    

Membicarakan sesuatu di belakang seseorang, boleh saja kalau itu hal positif. Tapi kalau hal negatif? Tak pernah dibenarkan bergunjing atau bergosip tentang sesuatu yang buruk dari orang lain. Meskipun dilakukan sembunyi-sembunyi, kebiasaan buruk ini bisa jadi akan balik menyerang kita sendiri.

Ada pepatah mengatakan kalau dinding punya telinga. Kedengarannya bohong, kedengarannya juga menakutkan. Jika memang benar adanya, bukannya itu berarti kita tidak memiliki privasi? Bukan. Kita bukannya tidak memiliki privasi, tapi tidak pernah punya tempat untuk membicarakan sesuatu yang buruk.

Seperti yang kita ketahui, kita tinggal di dunia ini bersama dengan orang-orang di sekitar kita. Keterbatasan indera membuat kita tidak pernah bisa seutuhnya menyadari ada atau tidak orang di dekat kita. Pernah kita mengira sedang sendirian sehingga bebas bertindak semaunya, padahal sebenarnya ada seseorang yang mengamati atau tidak sengaja melihat tingkah kita.

Dinding yang memiliki telinga, sesungguhnya adalah sebuah penggambaran sederhana agar kita selalu berhati-hati dengan tingkah dan ucapan kita. Mungkin tak seorang pun mengetahui rencana jahat kita. Mungkin tak seorang pun mendengar rencana licik kita. Tapi percayalah bahwa ada yang mendengar dan mengetahui setiap rencana-rencana kita. Suara hati kita saja bisa didengar, apalagi yang kita ucapkan. Itulah Tuhan Yang Mahatahu.

Kawan, menjadi seorang yang ingat akan ucapan dan perbuatan adalah seorang yang beruntung. Kita harus bisa menjadi pribadi yang terpuji meskipun jauh dari mata orang lain.

[Non Fiction] Menjadi Lebih BaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang