Huh, Hujan Lagi!

21 1 0
                                    

Memasuki bulan Januari, hujan terus menerus membasahi bumi. Apakah hujan menghalangi aktivitas kita? Bagi orang yang merasa terganggu karena hujan, janganlah marah.

Ketika kita memasuki musim penghujan, kita mulai memiliki persiapan tambahan jika akan keluar rumah, yaitu membawa payung atau jas hujan. Bagi yang berkendara, kita mungkin akan lebih sering untuk mencuci kendaraan kita yang kotor karena cipratan air pada hujan sebelumnya. Pada rumah, kita juga mulai menyadari adanya kebocoran pada genting. Kita akan terpaksa memperbaiki genting itu atau harus selalu menaruh ember-ember di beberapa titik ketika hujan datang. Kita juga mungkin akan merasa was-was, apakah akan banjir lagi sampai menggenangi rumah kali ini? Apakah banjir akan menenggelamkan sawah kali ini? Apakah tidak bisa sekolah lagi gara-gara banjir kali ini?

Dilihat dari satu sisi, hujan seperti sesuatu yang mengganggu dan merepotkan. Tapi benarkah itu tujuan dan fungsi dari sebuah hujan? Mengganggu manusia?

Bukan. Sesungguhnya hujan adalah sesuatu yang bersifat alami dan membuat dunia kita lebih seimbang. Ingat, ada putih ada hitam, ada panas ada hujan. Karena matahari, air menguap dan menggumpal sebagai awan di langit. Apa jadinya jika Tuhan tidak menjadikan sebuah mekanisme untuk mengembalikan air ke bumi melalui hujan? Lagipula, hujan sudah lebih dulu ada sejak jaman para nabi.

Jika hujan membuat kita mempersiapkan space khusus untuk jas hujan dan payung pada bawaan kita, itu karena kita tidak ingin basah. Jika hujan membuat kita terus membersihkan kendaraan, itu karena kita tidak ingin terlihat kotor. Semua ketidaknyamanan itu muncul karena kita dan lingkungan memiliki sebuah standar tentang bagaimana keadaan diri kita sebaiknya, dan hujan tak boleh menghalanginya. Jika kita menjadi pribadi yang cuek, hujan bukanlah sebuah penghalang untuk beraktivitas seperti biasa. Sayangnya, lingkungan tidak pernah mengijinkan kita untuk masuk ke kantor dalam keadaan basah kuyup dengan air yang menetes-netes dari kemeja.

Jika hujan membuat kita membetulkan atap rumah dari kebocoran, itu karena tanpa hujan kita tak akan mengetahui keadaan rumah kita. Jika hujan membuat kita bingung karena banjir, itu karena tanpa hujan kita tak akan mengetahui keadaan lingkungan kita. Semua ketidaknyamanan itu muncul karena kita belum siap menghadapi lingkungan dalam keadaan apapun. Jika rumah kita baik-baik saja, hujan tak akan membuat kita menggerutu walau badai sekalipun. Jika lingkungan kita tidak banjir ketika hujan, kita juga tidak akan memusingkannya. Meskipun sangat mungkin, tapi banjir saat ini bukanlah air bah seperti pada jaman nabi Nuh. Jika sampah-sampah menghalangi lalu lintas air, apakah itu salah hujan? Jika kita tinggal di tempat yang datarannya lebih rendah daripada sekelilingnya, apakah itu salah hujan?

Kawan,
sepertinya kita perlu berhenti meng-kambing-hitam-kan hujan untuk setiap ketidaknyamanan yang kita rasakan. Bukan hanya hujan, tapi hal-hal lainnya juga. Sepertinya tidak ada yang perlu dipersalahkan untuk setiap kejadian yang tidak kita inginkan, kecuali kita sendiri. Mengapa? Karena kita tidak memiliki hak untuk menentukan siapa yang salah. Selain itu, jika hujan turun dan kita berada dalam keadaan yang tidak tepat, percayalah, itu artinya sedang ada yang lebih membutuhkan hujan itu dan kita tidak boleh egois terhadapnya. Selamat menikmati hujan!

[Non Fiction] Menjadi Lebih BaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang