Tersenyum Tanpa Alasan

8 0 0
                                    

Sebagai sebuah ungkapan perasaan, tersenyum adalah hal yang berhubungan dengan kebahagiaan. Tersenyum itu baik. Tersenyum itu menyenangkan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Ketika suasana hati sedang baik, begitu mudahnya kita memberikan senyuman. Namun, begitukah sebaliknya?

Emosi mengendalikan seseorang, pada umumnya seperti itu. Saat perasaan sedang senang, begitu mudahnya kita tersenyum, tertawa, atau menangis terharu. Saat perasaan sedang kecewa, begitu mudahnya kita cemberut, kesal, menangis, atau marah. Ekspresi-ekspresi semacam ini memang diberikan Tuhan kepada manusia agar perasaan/hati seseorang dapat terlihat dengan jelas.

Namun, tidak semua manusia menunjukkan ekspresi sesuai emosi mereka. Seseorang yang sedang sedih, bisa saja tertawa terbahak-bahak di tengah teman-temannya. Seseorang yang sedang panik, bisa saja terlihat tenang dalam menjalani hari-harinya. Seseorang yang sedang bahagia, juga bisa bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Jadi, selain untuk menunjukkan perasaan seseorang, ekspresi juga digunakan untuk menyembunyikan perasaan.

Lalu bagaimana kalau kita menunjukkan sebuah ekspresi tanpa tujuan untuk menunjukkan atau menyembunyikan sesuatu? Mungkinkah itu? Menangis tanpa emosi sedih atau terharu, rasanya sulit sekali. Tertawa tanpa merasa senang atau geli karena sesuatu, rasanya akan hambar dan aneh.

Tersenyum, sebagai bentuk ekspresi paling ringan, adalah yang bisa kita latih. Untuk apa? Tidak ada. Untuk itulah tulisan ini berjudul "Tersenyum Tanpa Alasan". Kita akan tersenyum tanpa sebuah emosi yang mendasarinya. Tidak harus bahagia. Tidak harus bersedih.

Apakah tersenyum itu baik? Tentu saja. Karena itu baik, kita tidak harus dipaksa oleh sebuah emosi untuk bisa tersenyum.

Kawan,
Tersenyum adalah hal yang baik. Kita akan mudah menemukan manfaat dari tersenyum. Ya, tersenyum itu mudah. Namun, apakah mudah mempertahankan senyum tersebut? Tersenyum tanpa alasan, bisa berapa lamakah kita melakukannya, hingga akhirnya senyum menjadi sebuah kebiasaan, bukan sebuah ekspresi belaka?

[Non Fiction] Menjadi Lebih BaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang