Mengikuti Arah Tamparan

6 0 0
                                    

Orang yang kuat bisa dilihat dari bagaimana cara orang tersebut menerima sebuah hinaan. Daripada membalas hinaan, lebih baik membuktikan bahwa hinaan tersebut tidak benar. Namun, rupanya tidak semua hinaan dapat direaksikan seperti itu.

Kita pernah membahas sesuatu tentang . Ya, hinaan membuat kita kuat. Hinaan memacu kita untuk memperbaiki diri dan membuktikan bahwa sesuatu di dalam hinaan tersebut bukanlah hal yang benar di diri kita.

Namun, rupanya tidak semua hinaan berbentuk seperti itu. Ada beberapa hinaan yang sifatnya menjatuhkan, di mana titik yang ditujunya bukanlah sesuatu yang dapat diubah. Ini adalah jenis hinaan yang paling rendah, hinaan dalam arti yang sebenarnya, hinaan yang tidak membangun. Misalnya, "Wajahmu jelek hitam legam!" Apa yang dapat kita lakukan?

Sakit hati? Ya, sangat wajar. Namun, jangan biarkan rasa sakit hati menang atas diri kita dan menjadikan kita tampak lemah, seperti melalui perbuatan marah, balas menghina, atau melakukan tindak fisik yang merugikan. Perbuatan penolakan semacam ini secara tidak langsung malah memberikan persetujuan mengenai hal yang ditudingkan dalam hinaan tersebut. Kita akan berada dalam posisi yang serba salah.

Sesungguhnya kita merasakan sakit hati adalah karena kita melakukan perlawanan pada arah hinaan tersebut. Kita bisa visualisasikan pada sebuah tamparan. Jika sebuah tamparan datang dari arah kiri, lalu pipi kita diam atau mengarah sebaliknya, maka yang kita rasakan adalah sebuah tamparan yang sukses. Sakit. Tapi jika pipi kita searah dengan tamparan tersebut, maka bisa jadi tak ada tamparan. Tidak sakit.

A: Kamu bodoh sekali, ya!
B: (senyum) Terima kasih. Anda punya buku yang bisa saya pinjam agar saya bisa lebih pintar? Atau mungkin kita bisa belajar bersama agar saya bisa sepintar Anda?

A: Dasar botak!
B: (tertawa) Oh, terima kasih. Kalau memang botak itu buruk, semoga Anda tidak seperti saya.

Kawan,
Penerimaan hinaan semacam ini bukanlah sebuah kekalahan. Ini adalah perilaku dari orang yang kuat, yang bersyukur, yang ikhlas. Terkadang sebuah hinaan hanyalah sebuah kata-kata yang tak masak, yang lebih pantas dianggap sebagai angin lalu. Sangat disayangkan jika kita harus membuat diri kita terlihat lebih buruk hanya karena kata-kata angin lalu itu. Tanggapi dengan cerdas. Jika orang lain memberikan keburukan, maka berikanlah mereka kebaikan.

[Non Fiction] Menjadi Lebih BaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang