Jika Persiapan Masih Kurang Cukup

15 0 0
                                    

Saya baru saja membaca salah satu teman saya yang baru saja sampai di Korea Selatan. Membaca pengalamannya menghadapi musim dingin, membuat saya bersemangat. Mungkin suatu hari nanti saya juga akan mengalaminya. Melihat dan merasakan salju secara langsung pasti memberikan rasa luar biasa tersendiri bagi kita yang terbiasa berada di daerah tropis. Berkat tulisannya, saya jadi tahu bagaimanakah musim dingin yang sesungguhnya.

Memang, yang belum pernah merasakan musim dingin, pasti ingin merasakannya, bahkan mungkin memimpikan bisa turun salju di Indonesia. Kita diperkenalkan musim dingin dan saljunya oleh film, mulai kartun sampai drama. Indera penglihatan kita telah menilai bahwa suasana musim dingin itu sangat indah. Itu saja. Kita belum tahu bagaimana pendapat tubuh kita, apakah senang atau tidak saat berada di tengah-tengah musim dingin itu. Nah, teman saya ini mendapatkan jawabannya ketika sampai di negeri orang itu. Musim dingin itu katanya lebih parah daripada freezer-nya lemari es, dikiranya hanya seperti dinginnya Bandung atau Malang. Persiapan baju-baju hangat dari Indonesia ternyata masih kurang.

Meskipun tidak ikut merasakan musim dingin, sebenarnya kita sering berada dalam situasi seperti itu. Kita sudah melakukan beberapa persiapan untuk menghadapi tantangan yang akan datang. Namun, nyatanya saat berhadapan secara langsung, kita sadari bahwa persiapan yang kita lakukan masih kurang. Ada yang luput dari perhatian kita menjadikan posisi kita seperti orang yang tidak siap.

Misalnya saja kita sudah belajar berhari-hari, menghapal banyak rumus, mencoba memecahkan beberapa permasalahan, dan mengerjakan beratus-ratus soal. Ketika ujian tiba, kita sangat percaya diri dan mulai mengerjakan beberapa soal yang kita mampu. Dan pada akhirnya kita mendapatkan beberapa soal yang tak kita ketahui jawabannya. "Ah, kemarin tidak belajar tentang ini..." begitu batin kita.

Contoh lain, kita sudah berdandan sangat rapi. Tidak lupa dengan minyak wangi untuk menambah kepercayaan diri. Kita lakukan itu karena kita akan menghadiri pesta ulang tahun seseorang yang penting. Kita juga sudah menyiapkan kado ulang tahun yang spesial dan kata-kata yang harus diucapkan saat bersalaman dengannya. Sesampainya di sana, tiba-tiba kita menjadi seperti orang terasing. Ternyata pesta itu adalah pesta kostum. "Tidak ada yang memberi tahu tentang ini..." batin kita.

Apa yang harus kita lakukan ketika berada dalam situasi ini?

Kalau menurut saya, kita hanya bisa pasrah. Lanjutkan langkah dengan segala persiapan yang sudah ada di tangan. Jika memungkinkan, lengkapi persiapan yang kurang seiring berjalannya waktu. Seperti yang teman saya lakukan, untuk menghadapi musim dingin itu dia membeli pakaian musim dingin lebih banyak lagi di sana. Tidak mungkin kan, kalau harus kembali lagi ke Indonesia hanya untuk membeli pakaian tebal? Dia juga mengumpulkan informasi dari teman-temannya yang sudah lebih dulu berpengalaman melewati musim dingin.

Jika tidak memungkinkan, maka lakukan persiapan lebih di waktu berikutnya. Dari contoh menghadapi ujian, setelah mengetahui situasinya, kita akan lebih mengetahui apa saja yang perlu dipersiapkan. Jika usaha yang kita lakukan saat ini gagal, maka pastikan dengan persiapan tambahan pada ujian berikutnya menjadikan kita lulus. Ide yang baik juga, jika kita memberi persiapan lebih lagi daripada pengalaman yang lalu.

Kawan,
dari fenomena persiapan tersebut, kita pelajari bahwa pengalaman adalah sesuatu yang sangat berharga. Jika kita kurang memiliki pengalaman, maka kita bisa mendapatkannya dari orang lain yang pernah mengalami. Pengalaman adalah guru yang berharga, memang benar adanya. Pengalaman menjadikan persiapan yang kita lakukan lebih matang. Jika persiapan masih kurang, itu artinya kita butuh pengalaman lebih banyak lagi.

[Non Fiction] Menjadi Lebih BaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang