Setelah menghabiskan banyak waktu bergelut dengan rutinitas yang memeras otak dan tenaga, ada baiknya kita memiliki waktu untuk istirahat. Meskipun sedikit, tapi ketika waktu tersebut bisa dimanfaatkan secara optimal, maka kerja kita akan ikut mendapatkan manfaatnya.
Tulisan serupa tentang istirahat pernah dibahas pada di blog ini. Ketika kita sudah mencapai titik jenuh, itu artinya kita harus istirahat, berhenti memikirkan yang berat-berat. Mengapa? Karena memaksakan diri tidak akan memberikan hasil yang maksimal. Jika rutinitas itu ibarat angin tornado, kita perlu keluar sejenak, mengamati, dan berpikir bagaimana caranya bisa menjinakkan tornado tersebut. Ya, pikiran kita juga punya batas kemampuan.
Namun, bagi sebagian orang, istirahat itu tidak mudah. Maksud hati beristirahat, tapi apa daya rutinitas yang memaksakan diri untuk terus bergelut. Kadang semakin besar tanggung jawab seseorang, jika dia tidak dapat membagi waktunya dengan baik, maka dia akan merasa diperbudak oleh rutinitasnya sendiri. Tidak bisa tidur, tidak bisa mematikan telepon, tidak bisa berlibur dengan tenang. Hal ini menjadikan waktu istirahat terkesan percuma. Ujung-ujungnya, sakit.
Ada beberapa hal yang perlu kita sadari dari pentingnya istirahat. Pertama, mengistirahatkan tubuh. Kedua, mengistirahatkan pikiran. Kedua hal ini perlu dipenuhi keduanya untuk mendapatkan hasil yang optimal, terlebih jika kita sedang berada di tengah persoalan yang belum selesai. Mengistirahatkan tubuh akan mengembalikan stamina, tapi tanpa mengistirahatkan pikiran, kita masih memiliki tingkat suntuk yang sama dengan diri kita yang sebelum istirahat. Sebaliknya, jika kita mengistirahatkan pikiran tanpa mengistirahatkan tubuh, kita tidak akan memiliki tenaga yang cukup untuk beraktivitas. Hasilnya, mengantuk, lelah, tidak fokus, dan kawan-kawannya.
Bagi beberapa orang yang jarang beristirahat, kelihatannya kegiatan ini terkesan berisiko untuk dilakukan, atau membuang waktu, atau justru berbahaya. Namun, yang perlu diketahui, dengan beristirahat artinya kita menyayangi dan menjaga diri kita sendiri. Jika kita termasuk orang yang menganggap istirahat itu sia-sia, maka jangan lakukan istirahat yang sia-sia. Letakkan sejenak tugas-tugas kita dan berikan ruang bagi diri kita untuk menikmati indahnya kehidupan. Ingat, kehidupan kita tidak hanya di balik meja kerja. Ada keluarga, ada saudara, ada teman, terlebih lagi selalu ada Tuhan.
Jenis istirahat paling konkrit adalah tidur, dan ini suatu keharusan. Jangan sampai kita tidak dapat tidur dengan baik, sampai-sampai jam tidur kita jungkir balik. Jika perlu jadwalkan waktu tidur ideal dan jadikan itu tidur yang berkualitas. Jenis istirahat lainnya adalah melakukan hal yang jauh dari rutinitas sehari-hari. Jika kita selalu berada di dalam ruangan, beristirahatlah dengan jalan-jalan di luar. Jika kita selalu menggunakan otak untuk bekerja, beristirahatlah dengan kegiatan menyenangkan otak kita, atau kegiatan fisik sebagai penyeimbang. Dan lain sebagainya...
Kawan,
bekerja keras itu baik. Tapi jika bekerja terlalu keras sehingga melupakan kebaikan diri sendiri, itu sama saja dengan tidak baik. Beristirahat itu adalah seni, yaitu seni menggunakan waktu sebaik-baiknya. Jika selama bekerja kita mengabdi untuk orang lain, maka anggaplah istirahat adalah mengabdi untuk diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Non Fiction] Menjadi Lebih Baik
No FicciónDulu saya memiliki sebuah blog yang saya isi dengan pemikiran-pemikiran saya akan berbagai hal di dunia ini. Buku ini berisi semua pemikiran itu dan semoga memberikan kebaikan dan pencerahan bagi yang membacanya. Benar adanya kalau tulisan saya mung...