5. Ujian dan Ketenangan

940 72 0
                                    

~~~~•••~~~~

TERIK matahari yang sangat menyengat kulitnya tak membuat Rheina ingin segera berteduh dan menuju rumah. Sudah pukul dua belas siang dan setengah jam lagi kelasnya akan dimulai. Tapi sepertinya Rheina tidak peduli. Tubuhnya terasa berat sekali untuk dibawa ke kampus. Jangankan ke kampus, untuk pulang saja ia masih enggan. Rheina masih duduk berdiam diri dan tega menjemur dirinya yang berkulit putih.

"Rheina...??" Suara berat itu membuyarkan Rheina. Sontak Rheina mendongakkan kepalanya yang tadi menunduk sejak lama.

"Rheina, kan?" Tanya seseorang itu yang bersama anak laki-laki yang berusia belasan tahun.

"Iya, Kak Gadzi?"

"Iya, kebetulan saya lewat sini, terus lihat kamu. Kamu ngapain di sini? Bukannya kamu ada kelas sekarang? Em .. Sorry tadi Zahra yang bilang, kamu sahabat Zahra, kan?" Tanya Gadzi kepadanya dan anak laki-laki itu hanya terdiam memandangi Rheina.

"Iya Kak, kayaknya aku nggak ke kampus dulu," kata Rheina dengan memandangi aspal.

"Loh kenapa?"

"Trouble, Kak ..."

"Masalah apa? Barang kali saya bisa bantu, " tawar Gadzi.

"Sorry Kak , aku nggak bisa cerita sekarang, private."

"Oh, maaf, eemm .. Lebih baik kamu pulang, dari pada harus panas-panasan seperti ini. Sudah masuk waktu Dhuhur juga, " kata Gadzi lagi. Rheina hanya terdiam dan menunduk.

Allaaaaahu akbar Allaaahu akbar...

"Eh, maaf saya duluan, udah adzan." Kata  Gadzi dan kemudian membalikkan badannya.

"Em .. Kak, mau kemana?"

"Mau ke masjid, sudah adzan." Jawab Gadzi sambil mengusap dahinya yang berkeringat.

"Aku boleh ikut?"

" Boleh, ayo!?" Kata Gadzi sambil tersenyum yang teramat manisnya. Ini membuat Rheina sejenak lupa akan masalah yang menimpanya.

"Aku bawa mobil sendiri," kata Rheina dan dijawab dengan anggukan Gadzi.

Mobil mereka berjalan beriringan menuju masjid kota yang tadi mengumandangakan adzan sangat merdu.

Sesampainya di masjid dan turun dari mobil yang ia parkiran di pelataran masjid megah itu, ia hanya berdiri bersandarkan mobilnya. Terkagum hatinya memandang bangunan tempat ibadah umat Islam itu.

" Ayo Kak," ajak Agna kepada Rheina. Sementara Gadzi sudah lebih dulu masuk ke dalam masjid agar mendapat kesempatan sholat tahiyatal masjid.

"Em .. Maaf aku non muslim, " kata Rheina sambil memainkan kunci mobilnya. Agna tersenyum.

"Maaf Kak , ya udah aku duluan, Kak Ren .. Eh siapa tadi?"

"Rheina,"

"Kak Rheina bisa duduk di sini," kata Agna menunjuk sebuah anak tangga masjid itu. Rheina mengangguk dan tersenyum sebelum Agna meninggalkannya sendiri untuk menunaikan sholat dzuhur.

Satu Shaf di Belakangmu [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang