21. Tamu Spesial

491 31 4
                                    

~~~~•••~~~~

MASIH jam setengah sembilan pagi. Artinya waktu istirahat belum juga tiba. Seluruh karyawan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Kecuali Rheina yang sedari tadi mondar-mandir tak jelas tujuannya. Setelah dari luar, katanya dari toilet Rheina tidak langsung duduk dan kembali pekerjaannya. Ia malah berlaku layaknya setrika. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Rheina.

Rheina menjatuhkan pantatnya begitu saja di kursi kerjanya yang berada tepat di samping kanan Zahra. Dengan muka sedikit ditekuk, Rheina menatap Zahra yang sedang khusyu di depan layar komputernya.

"Raa..." Rengeknya.

"Hm.." Zahra menjawabnya dengan mata masih menatap layar komputer.

"Aku cemburu...." Katanya tiba-tiba.

"Kenapa?....." Lagi-lagi Zahra masih melakukan hal yang sama. "Tunggu dulu, aku selesaikan karjaanku dulu, nanti kamu baru cerita, deh..." tambahnya.

Bukannya Zahra tak mau mendengarkan Rheina. Tapi, pekerjaannya harus segera terselesaikan dan tidak bisa ditunda, karena nanti setelah istirahat harus ia laporkan kepada Bosnya.

"Hm..." kata Rheina yang masih ditekuk juga wajahnya. Sambil menunggu Zahra selesai dengan pekerjaannya, Rheina akhirnya mengikuti kegiatan Zahra. Karena sebenarnya pekerjaannya pun belum selesai. Tapi Rheina sedikit lebih santai. Date line pekerjaannya adalah dua hari lagi. Jadi, Rheina mengerjakan pekerjaannya sekenanya dan semaunya saja.

Dan ia akan bekerja lebih serius jika Gadzi, selaku Bosnya sedang berada di ruangannya. Sebenarnya Rheina ini termasuk orang yang rajin, tapi karena date line pekerjaannya masih terhitung lama menurutnya, jadi ia akan bekerja lebih santai.

"Selesai!." Kata Zahra dengan wajah berbinar. Pekerjaannya telah selesai dan sudah ia pindahkan ke flashdisknya yang nanti siang akan ia laporkan pada Gadzi.

"Lima menit lagi istirahat...dan kamu udah selesai, sekarang aku mau bilang sekali lagi, kalo aku cemburu, Ra..." kata Rheina berbisik dengan Zahra.

"Kenapa? Sekarang aku dengerin kamu, deh. Kerjaanku udah selesai..." Zahra menanggapi.

"Tadi aku li-"

"Zahra, Rheina bisa ketemu saya sebentar?" Suara bariton itu membuat Rheina tidak melanjutkan kalimatnya.

"Ya, Pak."

"Baik, Pak."

"Ada apa, Pak?" Tanya Rheina penasaran sambil tetap mengikuti langkah tegap Gadzi. Begitu pun Zahra, yang masih enggan bersuara.

"Kita, ke lobi ada yang mau kenalan sama kalian...." Zahra mengerucutkan bibirnya.

Sedangkan Rheina merasa kesal. Pasti perempuan yang tadi bersama Gadzi di ruangannya. Keberadaan perempuan itu cukup membuat Rheina cemburu. Apalagi ia tidak sengaja melihat Gadzi dan wanita itu berduaan dengan perlakukan yang sepertinya sudah sangat dekat dengannya. Bahkan posisi duduknya saja tidak ada jarak sama sekali sambil menyaksikan sesuatu yang ada di ponsel wanita itu.

Wanita yang mengenakan blues warna maroon dan rok hitam dengan jilbab warna senada itu terlihat sedang duduk dengan anggun di lobi, sambil matanya masih mengitari ruangan itu.

"Masha Allah, Mbak Naumi...." Kata Zahra setelah Gadzi menunjuk perempuan itu.

"Zahra...Ya Allah, lama kita nggak ketemu. Alhamdulillah akhirnya kamu sudah kerja..." kata perempuan bernama Naumi itu.

Satu Shaf di Belakangmu [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang