29. Permintaan [2]

494 33 7
                                    

~~~~•••~~~~

"KAK..menikahlah dengan Rheina..."

"Tapi..."Gadis yang tadi berdiri dihadapannya seketika menghilang begitu saja dari pandangan Gadzi.

"Ra...Ra...Ra..." Gadzi terus memanggilnya, tapi tidak ada sahutan sama sekali. Dan ia kembali sendiri dalam ruangan gelap itu.

Tiba-tiba Gadzi membuka matanya dengan nafas tersengal-sengal. Keningnya basah oleh keringat. Matanya menatap langit-langit berwarna putih itu sambil terus beristighfar.

Gadzi melirik jam bekernya yang sebentar lagi alarm berdering. Ia sengaja mematikan terlebih dahulu. Selimut hitamnya ia sibakkan kemudian beranjak dari ranjang menuju kamar mandi.

Ia berdiri menatap dirinya sendiri yang begitu buruk. Padahal sebenarnya ia sangat tampan. Tapi baginya ia sangat tidak pantas. Gadzi menatap sekujur tubuhnya yang terpantul dari kaca cermin. Kemudian matanya berhenti di satu titik. Kedua mata miliknya dan mata milik bayangannya yang terpantul saling beradu.

Bertanda apa mimpi yang baru saja dialaminya?

Gadzi lalu membersihkan diri dan mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat malam. Ia benar-benar mengharapkan petunjuk Allah saat ini dan sampai nanti keinginan ibunya terpenuhi.

Sungguh malang nasib pria itu. Sepertinya masalah asmaranya kurang beruntung. Sekalinya ia mencintai seseorang, dan inilah yang terjadi.

Gadzi kurang apa? Tampan, mapan, beriman? Semua ada apa seorang Fikran Gadzi Al Muhammad. Pria mandiri, pria penyayang, sopan dan santun. Bahkan gelar hafidzpun ada pada dirinya. Gadzi kurang apa? Hingga gadis yang ia cintai menolaknya demi sahabatnya. Mengapa ini terjadi. Sepertinya semesta saat itu sedang tidak berpihak padanya.

Ia terus berpikir bagaimana cara membahagiakan ibunya. Sedangkan saat ini yang ibu mau hanyalah menantu yang sholiha bagi putra pertama ibu. Karena umur tidak ada yang tahu selain Allah sanga Pencipta.

Haruskah ia bersama Rheina yang sama sekali ia tidak mengetahui seluk-beluknya. Bahkan ia sama sekali tidak memiliki perasaan apa pun pada sahabat Zahra.

~~~~•••~~~~

"Fahri..nanti temani aku ketemu Zahra.."

"Ok, Bos. Tapi...jangan lagi buat adikku menangis..."

"Hm...maafin aku..memang aku tidak seharusnya begitu..dan aku janji tidak akan mengulangi lagi...aku hanya ingin minta persetujuan kalian, kamu sebagai orang kepercayaan dan sahabatku, dan terutama Zahra.."

"Baiklah.."

Itulah yang diperbincangkan kedua pemuda itu setelah Fahri diminta menemui Gadzi di ruangannya.

Kegiatan kantor berjalan lancar seperti biasa. Hari ini Gadzi sedikit lebih sibuk. Ia harus pergi ke sana kemari menemui beberapa kliennya bersama Fahri dan sekretarisnya yang setia menemaninya kemana pun ia pergi.

Jam makan siang merupakan kesempatan Gadzi untuk berbicara dengan Fahri tentang masalah pribadinya.

Tiba-tiba Fahri teringat sesuatu. Mungkinkah ini yang dikatakan Zahra beberapa waktu lalu. Bahwa ia akan tahu sendiri penyebab menangisnya Zahra waktu itu. Dan Fahri belum sempat menanyakan langsung pada Zahra.

Satu Shaf di Belakangmu [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang