11. Whether it's Love?

594 43 0
                                    

~~~~•••~~~~

APA yang terbesit di benak kalian ketika mendengar kata cinta? Apa itu berbentuk seperti daun waru, kah? Atau daun sirih dan berbentuk hati? Atau ketika ada seorang laki-laki dan perempuan saling menyukai disebut cinta?

Cinta yang haqiqi adalah cinta-Nya. Jangan bermain dengan cinta. Berbahaya. Urusannya akan sampai ke hati yang suci, bersih dan terkadang ia tidak tahu apa-apa. Cinta itu tidak hanya sekedar "pacaran". You know, itu cinta monyet. Jikalau kamu benar-benar cinta, cintailah dia karena-Nya, asalkan jangan melebihi cintamu pada Allah swt dan Rasul-Nya.

Seperti Gadzi sekarang yang sedang memikirkan apa itu cinta. Memang benar ia tertarik dengan lawan jenis, tapi apa pantas disebut cinta. Sejak celetukan Ibu malam itu ia baru tersadar bahwa dirinya sedang jatuh cinta.

Awalnya ia hanya terkagum saja dengan gadis bernama Malicha Az Zahra Putri Syarif. Karena hafalan Al Qur'annya yang banyak dan ia adalah sosok gadis yang cerdas. Gadzi mengenal Zahra sejak ia mengenal Fahri, kakak laki-laki Zahra. Sejak itu hubungan keluarga mereka sangat erat. Apalagi selama Zahra menjabat sebagai sekretaris komunitas di bawah pimpinan Gadzi.

Tapi Gadzi terlambat menyadari itu. Jika saja Rini tidak menggodanya, ia tidak akan memikirkan gadis itu sampai malam ini. Dan membuatnya terjerat pada zina pikiran.

Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Sepertinya si rese itu sudah larut dalam mimpi. Biasanya Agna akan mengajaknya bermain play station jika malam Minggu seperti ini. Mungkin ia terlalu lelah, karena les private sore tadi berakhir pukul tujuh malam. Dan ia hanya memiliki waktu istirahat sholat maghrib saja.

Gadzi merebahkan tubuhkan di atas kasur berbalut kain putih bersih itu. Ia menarik selimutnya dan sejenak menatap langit-langit kamar. Berharap wajah gadis yang notabenenya bukan mahram baginya cepat sirna dan ia bisa segera terlelap.

Ia berusaha keras menghilangkan bayangan wajah indah itu. Hingga pada akhirnya matanya berlahan terpejam. Menampakkan bulu matanya nan panjang dan lentik. Ia terlelap tidurnya membawanya ke alam yang indah.

"Istriku, bersediakah kau menjadi teman hidupku sampai surga Allah?" Kata Gadzi sambil memegangi tangan lembut istri tercintanya.

Wajah berseri-seri itu menampakkan senyum teramat manisnya menatap Gadzi. Hingga air matanya pun membasahi pipinya. Ia terharu juga sedih. Ia bukanlah wanita seperti Aisya tapi ia akan tetap berusaha seperti Aisya dan memenuhi permintaan suaminya yang kini adalah surga untuknya.

"Karena Allah, insya Allah apa pun  akan aku lakukan untuk mendapat ridhomu dan ridho Allah, Mas." Kata gadis cantik itu dengan lembut.

Kemudian mereka saling berpelukan, merasakan kehangatan pelukan pertama yang halal sebagai suami istri. Kebahagiaan merekah seketika menyelimuti kehidupan mereka yang baru.

Mata Gadzi masih terlelap dan tangannya memeluk erat guling teman tidurnya, bibirnya tersenyum. Aneh tapi ini nyata. Ketika ibu masuk ke kamar Gadzi bertujuan mengambil baju kotor di kamarnya, ibu kebingungan melihat tingkah tidur putranya. Mimpi apa dia. Menyadari hal itu dan kebetulan jam dinding menunjukkan pukul setengah tiga pagi ibu membangunkannya.

"Gadzi ..." Badan Gadzi ibu gerakkan perlahan. Dan Gadzi sepertinya masih menikmati mimpinya.

"Gadzi .. Bangun." Keadaan masih sama. Ibu mengerlingkan keningnya sampai pada akhirnya ibu meletakkan telapak tangannya pada dahi Gadzi. Siapa tahu ia demam malam ini, karena tidak biasanya Gadzi seperti ini.

Satu Shaf di Belakangmu [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang