~~~~•••~~~~
ISTIKHARAH mungkin menjadi salah satu cara yang tepat bagi pemuda bernama Gadzi itu yang belakangan ini ia memang benar-benar membutuhkan jawaban yang bisa meyakinkan hatinya. Meski sebenarnya ia ragu betul dengan gadis yang notabenenya adalah seorang mualaf. Walau pun kini gadis itu sudah seiman dengannya, tapi seluk beluk keluarga besarnya yang belum ia ketahui sama sekali menjadi alasan keraguannya. Dan hanyalah Pak Erik yang ia tahu sebagai satu-satunya keluarga gadis bernama Rheina.
Sampai pada malam ini juga, sepertinya hatinya memang sudah mantap untuk segera meminangnya dengan tujuan selain melengkapi separuh agamanya juga untuk memenuhi permintaan ibu yang kondisinya sudah tak seperti dulu lagi.
Jawaban dan petunjuk dari Allah dengan terus terngiang kalimat Zahra beberapa waktu lalu agar Gadzi menikahi sahabatnya yang menyimpan rasa pada pria yang pernah mengkhitbah Zahra. Tak hanya itu, bahkan Gadzi sudah merasa yakin bahwa bisa jadi Rheina adalah gadis yang tepat. Mimpi yang sama dan tak hanya dua sampai tiga kali, bahkan lebih.
Ia beranjak dari kursi kerjanya yang berada di kamar. Pergi menuju ruang tengah menunggu ayah dan ibu kembali dari rumah sakit untuk cek up kesehatan ibu bulan ini sejak pukul sembilan belas tadi.
Ia juga tak menemukan Agna di ruangan yang sepi itu. Entah dimana anak itu.
Terdengar suara pintu utama terbuka menandakan ada seseorang yang masuk. Dilihatnya seorang anak laki-laki berusia belasan tahun mengenakan kaos oblong berwarna putih dan celana selutut membawa sebuah kantong plastik yang sejak tadi ia pandangi. Itu Agna.
"Dari mana, Dek?"
"Ada bakso lewat tadi terus beli, deh..."
"Bagi, dong..."
"Idih...enak aja, Bang.."
"Bercanda doang, lagian abang udah makan tadi..." katanya terkekeh pada Agna yang sigap menyembunyikan sebungkus bakso panas itu dibalik badannya yang semakin berisi.
"Na..."
"Hmmm...bentar-bentar..." Agna mencegah Gadzi untuk bicara, "mau ambil mangkuk dulu..."
"Dasar...." gerutu pemuda tampan itu sambil tetap terkekeh melihat tingkah adik satu-satunya yang sudah beranjak dewasa.
"Gimana-gimana?" Agna kembali membuka pembicaraan sambil sibuk menuangkan bakso yang tadi ia beli di dalam mangkuk.
"Abang mau tanya sesuatu sama kamu..."
"Hm.."
"Menurut Agna...kak Rheina itu orangnya gimana?"
"Oh..kak Rhei-"
"Telen dulu, baru ngomong...."
"Ehem....jadi gini menurut Agna ya, Bang...kak Rhein itu baik banget...cantik...eee...pinter...eeeee apalagi..."
"Coba deh, kamu diperinci dari kata baiknya..."
"Eemm..."sesekali Agna menyeruput kuah baksonya yang masih panas. Sambil menunggu dingin, ngobrol dengan sang kakak memanglah hal yang tepat.
"Baiknya itu.....apa ya,..baik banget deh pokoknya...ramah juga, penyayang gitu kalo diliat-liat...kenapa si, Bang...curiga gue tiba-tiba tanya begitu sama Agna..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Shaf di Belakangmu [SELESAI] ✔
Romance❗W A R N I N G❗ Cerita ini kemungkinan mengandung bawang. Unpublish sementara !! Sedang proses revisi !! "Sungguh indah agamaMu, ya Allah." Rheina Graceva. Satu shaf dibelakangnya adalah salah satu mimpinya setelah pertemuan dengan Fikran Gadzi A...