8. Perpisahan dan Pertemuan

776 57 0
                                    

~~~~•••~~~~

KALI ini Rheina melihat ada yang sedikit berbeda dengan Papanya. Seperti tidak bisa tenang. Entah apa yang dipikirkan Erik saat ini, Rheina pun tidak mengetahui. Bahkan untuk bertanya mengapa pada Papa tersayangnya pun Rheina tak sampai hati. Takut akan menambah beban Papanya.

Mungkinkah Papa memikirkan Mamanya yang sudah dua hari ini tidak kembali ke rumah. Keberadaannya pun Rheina tidak mengetahuinya. Apa lagi Papanya. Sepertinya Papa enggan memikirkan Mamanya setelah melihat ada tumpukan-tumpukan kertas yang memenuhi meja kerjanya.

Pertemuan dengan client yang hampir setiap hari, juga meeting secara mendadak membuat Erik kekurangan waktu istirahatnya. Belakangan ini Erik selalu pulang lebih malam dari biasanya.  Walau begitu, Rheina belum juga tertidur sebelum Papanya sampai di rumah dan akan tetap menunggu di balkon kamar, lalu ia akan berlari menuju teras depan setelah mendengar deru mobil Papanya.

Dari yang diketahui Rheina, dalam waktu dua bulan ini Papanya sedang mengurus kerja samanya dengan perusahaan besar. Mengenai bisnis pembangunan perumahan dan bangunan.

"Pa, Rhein buatkan teh hangat, ya? Em... Atau kopi?" Tawarnya pada Erik yang tengah berkutat dengan laptopnya.

"Apa aja boleh," jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop.

"Ok, tunggu sebentar," katanya lalu bergegas menuju dapur untuk membuatkan minuman hangat untuk Papanya.

Sebenarnya malam belum terlalu larut dan jam dinding masih menunjukkan pukul delapan malam, tapi luar terasa sangat sepi.

Tiba-tiba ia melihar sorot lampu mobil masuk ke dalam halaman rumah saat Rheina sedang membuat minuman untuk Papanya. Sedikit Rheina menyibakkan tirai penutup jendela untuk memastikan siapa yang datang.

Terlihat dengan jelas, mobil itu milik Merry. Kemudian dilihatnya seorang perempuan turun dari mobil, dan orang itu adalah Mamanya. Dalam hati Rheina merasa bersyukur karena Mamanya telah kembali. Semoga semuanya akan menjadi baik setelah kejadian beberapa hari yang lalu.

Rheina masih berdiri mematung di dapur melihat apa yang dilakukan Mamanya. Tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulut Merry, ia berjalan begitu saja memasuki kamarnya. Bahkan ia tidak menghiraukan keberadaan suaminya yang tengah bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya.

Mata Erik menatap Merry dengan heran. Dilihatnya wajah Merry yang merah padam, sambil memasukkan barang-barangnya dalam koper.

"Mau apa, dia?" Pikir Erik. Pandangannya tetap menatap lekat istri yang tidak mempedulikannya. Sedangkan Rheina masih tetap beradi di dapur meski minuman Papanya telah selesai dibuat.

"Merry!! Mau kemana kamu?" Kata Erik yang tiba-tiba beranjak dari duduknya.

"Tidak usah ikut campur, Erik!!!  Aku mau cerai dari kamu." Kalimat yang terlontar dari mulut Merry membuat jantung Rheina terasa berhenti.

Wajah Rheina memanas, nafasnya tersengal dan.....

Pyaarrr....

Gelas yang dibawanya terjatuh dan pecah berserakan di lantai. Mata Rheina mulai berkaca-kaca setelah melihat tragedi menyakitkan ini. Benarkah ini akan terjadi? Perpisahan yang menimpa kedua orang tuanya dengan alasan yang tak pasti.

Satu Shaf di Belakangmu [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang