34. Surprise

644 35 2
                                    

~~~~•••~~~~

MUNGKIN saat ini bukanlah perihal jodoh yang ada di pikiran Rheina. Terlalu banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan dengan sempurna. Date line yang tinggal dua hari lagi menuju presentasi Bosnya membuat ia rela tidur hanya dua jam. Tapi ia sama sekali tidak diperbolehkan untuk mengerjakan pekerjaannya di kantor hingga larut malam. Entahlah, Gadzi yang melarangnya sendiri sebagai Bos yang memberinya pekerjaan sebanyak itu. Baru kali ini Rheina menerimanya. Karena memang bidangnya.

Sebagai sahabat yang baik pun, Zahra tetap akan membantunya walau tidak seberapa karena Zahra jiga memiliki pekerjaan yang lain.

Matanya dengan jeli terus meneliti huruf demi huruf di layar komputernya. Tidak boleh ada satu pun yang typo. Setiap pekerjaan yang dikerjakan menurut Rheina haruslah sempurna, walau dirinya sendiri saja tidak sempurna. Apalagi data ini diserahkan pada Bosnya yang sangat amat teliti membaca kalimat dan meneliti huruf demi huruf jangan sampai ada satu pun yang tidak diharapkan olehnya tertera di sana.

Jam makan siang telah tiba. Seperti yang biasa dilakukan kedua wanita ini. Pergi menuju masjid lebih dulu sebelum ke kantin untuk makan siang.

"Ra!!" Suara itu membuat langkah kaki keduanya terhenti. Zahra yang merasa namanya dipanggil pun menoleh ke arah sumber suara.

"Ada apa, Bang?" Fahri mendekat

"Ini mau kemana?"

"Mau ke masjid, habis itu ke kantin.."

Fahri mengangguk kemudian berkata, "habis dari masjid nanti bisa temenin abang keluar sebentar, nggak?"

"Kemana?"

"Udah temenin aja, daripada sama yang lain mendingan sama adik sendiri, ya nggak, Rhein?"

"Ya iya sih, Bang. Tapi masa aku nanti makannya sendirian bae..."

"Nah.." Mata Fahri menemukan seorang wanita yang sedang berjalan sendiri, kemudian memanggilnya, "Hil..."

"Gue?"

"Iya, elo..."

"Kenapa?"

"Temenin si Rheina makan siang, Zahra mau gue bawa pergi dulu habis sholat ini..."

"Boleh, lah kenapa lo nggak ikut aja, Rhein?"

"Ini kan urusan mereka, Hil...gue nggak perlu tahu, dong.."

"Bener juga, kebetulan gue juga sendiri, ya udah ntar sama gue aja..."

"Ok, tuh udah adzan.."

Kemudian mereka menuju masjid untuk memenuhi panggilan Allah. Sholat berjamaah disini bukanlah hal selingan. Tapi sudah menjadi rangkaian kegiatan harian di perusahaan Gadzi. Bahkan ada hukuman tersendiri jika ada salah satu karyawan yang meninggalkan sholat berjamaah, kecuali dengan alasan tertentu dan masuk akal. Bagus banget management waktu disini. Bosnya seramah dan sebaik itu. Tak heran jika banyak yang betah bekerja di perusahaan ini.  Bahkan bulan ini Gadzi menggantung beberapa pelamar pekerjaan karena memang belum dibutuhkan keryawan baru dalam waktu dekat ini. Mungkin bulan depan Gadzi baru bisa menerimanya.

Seperti yang sudah dibicarakan Fahri tadi, kakak beradik ini segera pergi. Tapi sebelumnya mereka harus menemui Gadzi lebih dulu.

"Siap, Bos..." Kata Fahri tiba-tiba kemudian duduk di samping Gadzi. Sedangkan Zahra masih berdiri di ambang pintu.

"Ra..."

"Ya, Kak?" Zahra kali ini mendekat kemudian duduk di ujung sofa yang ada di ruangan Gadzi.

"Sudah tahu apa tugasmu?"

Satu Shaf di Belakangmu [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang