31. Istikharah Cinta [2]

498 32 1
                                    

~~~~•••~~~~

"AYAH..."

Mendengar suara Gadzi, Ayah sontak berdiri. Begitu pun Agna yang juga terlihat cemas dengan keadaan Ibunya saat ini. Karena kejadian itu terjadi dengan tiba-tiba. Tidak menampakkan tanda-tanda sakit sama sekali pada Ibu. Dan ini adalah kali pertama Ibu masuk rumah sakit karena sakit sejak menikah dengan Ayah.

"Gadz...."

"Apa yang terjadi sama Ibu, Yah?"

Seorang pria yang mengenakan jas putih dan mengalungkan stetoskop di lehernya keluar dari sebuah ruangan.

"Dok, gimana Ibu saya?" Gadzi langsung melemparkan pertanyaan itu pada seorang dokter laki-laki seumuran Ayah.

"Mari ikut saya ke ruangan, Pak..." kata dokter itu yang diketahui bernama Aris. Ayah mengikuti kemana dokter itu pergi. Sementara Gadzi dan Agna masuk ruangan dimana Ibu dirawat setelah diizinkan masuk.

"Ibu...."

"Nak..." suara itu terdengar lemah. Wajahnya pucat pasi.

"Ibu...what happen?" Tanya Gadzi pada ibu yang masih lemah, tapi tetap tersenyum seperti ibu yang biasanya.

"I'm Ok, Gadz..." katanya. Seketika Gadzi mengecup punggung tangan Ibu yang dingin.

"Agna...ibu nggak papa...do'akan semoga ibu selalu sehat.." kalimat itu membuat Agna segera memeluk tubuh ibu yang masih terbaring di ranjang.

"Gadzi...boleh, Nak...ibu minta sesuatu?"

"Ya, Bu...Ibu minta apa?"

"Minta cucu, Gadz...." kata Ibu terkekeh dengan suara masih sama. Lemah.

Ibu adalah tipe orang periang. Meski sakit pun ia tetap sempat bercanda seperti sekarang ini. Dan permintaan Ibu sukses membuat Gadzi tercengang.

"Ibu...jangan bercanda..."

"Gadz...Ibu serius..menikah, Nak.." senyum tulus itu mengandung arti bahwa Ibu benar-benar menginginkan putra pertamanya untuk segera menikah.

"Iya, Ibu...doakan Gadzi....semoga Allah lekas pertemukan jodoh untuk Gadzi...."

Tak lama dari itu Ayah kembali dengan membawa sebuah kantong berisi obat-obatan yang harus dikonsumsi Ibu kedepannya.

"Bu...Gadzi keluar dulu, ya..." Ibu mengangguk.

~~~~•••~~~~

Bukankah ini menjadi hal yang cukup serius bagi Gadzi. Mengingat kondisi Ibu yang sekarang tak seperti dulu. Dokter telah memvonis Ibu mengidap leukimia yang belum lama ini diketahui.

Ketakutan yang amat sangat akan kehilangan Ibu selalu menghantuinya. Apalagi saat ia belum bisa memenuhi keinginan Ibunya. Tidak mungkin ia mengorbankan Agna yang masih berusia belasan tahun untuk memenuhi keinginan Ibu.

Sayangnya, Allah belum juga mempertemukan siapa wanita yang pantas menjadi pendamping hidupnya. Allah tidak mengizinkan Gadzi berjodoh dengan Zahra. Sedangkan Rheina, sahabat Zahra menaruh rasa padanya.

Masalah besar lagi. Mampukah Gadzi memenuhi keinginan Ibu sekaligus permintaan Zahra dengan cara menikahi gadis yang sama sekali tak dicintainya.

Takut.

Gadzi takut ia tak akan pernah bisa mencintai gadis itu. Meski sebenarnya ia tahu, Rheina telah berubah tiga ratus enam puluh derajat dan kini Rheina sudah menjadi gadis muslimah.

"Ya, Allah hamba mohon petunjukMu..." pintanya pada Sang Pencipta malam itu.

Ia tidak bisa menceritakan kebimbangannya pada siapa pun, kecuali Allah. Karena ia tidak ingin menambah luka pada hati siapa pun. Sedangkan kini ia belum bisa menghilangkan perasaannya kepada Zahra yang telah jelas-jelas menolak pinangannya. Bahkan, Zahra meminta Gadzi untuk menikahi Rheina.

Berbeda dengan hati.

Ketika Gadzi mengatakan ia akan melakukannya atas persetujuan Zahra yang sebenarnya juga mencintai pria bernama Gadzi, sebenarnya hatinya bergemuruh. Ia belum rela jika cintanya akan dimiliki oleh orang lain yang tidak Gadzi cintai sama sekali.

Apa yang harus ia lakukan.

"Istikharahlah...." Fahri sebagai sahabat yang baik selalu memberikan solusi tepat padanya.

Jika memang Allah mentakdirkan dirinya untuk menikahi Rheina, ia akan lakukan atas Ridho Allah dan Ridho orang tua tentunya.

"Bos...kita cowok, Bos...kita harus berani mengambil keputusan dan resiko...apalagi menyangkut Ibu, menyangkut orang tua..." kata Fahri setelah Gadzi menceritakan masalahnya. Dan Fahrilah satu-satunya orang kepercayaan Gadzi sejak dulu. Sampai ia dipekerjakan di perusahaannya karena sifat amanahnya. Maka dari itu Gadzi menceritakan hal ini pada Fahri yang selalu memberi solusi tepat.

Istikharah.

Bukanlah hal yang mudah bagi Gadzi jika jawaban dari Allah yang ia terima ia harus menikahi gadis yang tidak ia cintai. Bukan karena dengan terpaksa membalas perasaan gadis itu. Tapi semua karena Allah, untuk melengkapi separuh imannya. Juga karena permintaan orang tua, bismillah Gadzi akan belajar mencintainya nanti.

~~~~•••~~~~

Next?

Dapet feelnya nggak? Maaf pendek

#staysafe

Satu Shaf di Belakangmu [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang