~~~~•••~~~~
KHADIJAH, siapa yang tak kenal dengan sosok wanita rupawan, terpandang, dan dari kalangan golongan berada di masyarakat Arab. Pada awalnya, Khadijah merupakan mitra kerja Nabi Muhammad saw saat berdagang. Tapi beliau berani menyatakan cintanya pada Rasulullah saw.Fatimah Az Zahra, putri ke empat Rasulullah saw yang senantiasa setia dengan perasaannya kepada Ali bin Abi Thalib. Menjaga cinta dalam diamnya dengan rapi dan dengan sabarnya menunggu pemuda yang dicintainya untuk melamarnya.
Lalu, harus seperti siapakah kita, Khadijah atau Fatimah?
Seperti itulah kini yang dirasakan seorang gadis bernama Malicha Az Zahra Putri Syarif. Luka pertamanya yang tak kunjung mengering setelah mengetahui bahwa pria yang ia cintai sejak dua tahun yang lalu sedang merasakan jatuh cinta pada gadis lain.
Pikirnya, Zahra jelas bukanlah gadis itu. Karena ia tahu, ia bukanlah gadis yang memiliki kriteria yang tepat untuk mendapatkan cinta pemuda itu.
Ternyata luka karena cinta lebih perih daripada luka lainnya. Dan ini kali pertama Zahra merasakan itu. Anehnya, mengapa pikirannya terus tertuju pada sahabatnya, Rheina. Apa mungkin Rheina gadis itu. Karena, sebelumnya pria yang namanya selalu disebut dalam doa Zahra belum pernah berbicara soal cinta. Dan kemarin lusa, ia baru saja menyampaikan pada abangnya sendiri.
Siang ini usai membersihkan diri dan sholat dzuhur, Zahra hanya duduk termenung di balkon kamarnya. Sampai ia melewatkan acara makan siang dengan Abi dan Umi. Hingga suara ketukan pintu berhasil membuat Zahra menoleh ke sumber suara.
"Zahra, makan dulu gih, sayurnya keburu dingin," bujuk Umi sambil mengusap lembut bahu Zahra.
"Iya, Umi."
Umi tersenyum. Lima detik kemudian Zahra belum juga beranjak, dan membuat Umi ikut duduk di sampingnya.
"Ada apa? Cerita sama Umi, Nak." Ucap Umi lembut setelah mengetahui putrinya sedang dilanda kegalauan.
"Em...tidak Umi," Zahra tersenyum menatap wajah teduh Umi yang menenangkan.
"Zahra memikirkan sidang besok pagi, Mi,"lanjutnya.
"Umi yakin, putri Umi akan menjadi yang terbaik untuk Umi. Sekarang tugas kamu hanya berdoa....minta yang terbaik sama Allah, insha Allah usahamu selama ini tidak sia-sia...."Zahra tersenyum mendengar kalimat Umi yang mampu meyakinkannya atas usahanya selama ini.
"Terima kasih, Umi. Sudah menjadi Umi yang baik buat Zahra," Zahra memeluknya.
"Sudah, jangan mellow, ih. Sekarang makan dulu. Kasihan sayurnya sudah menunggu kamu, lho....." Zahra terkekeh mendengar canda Umi.
~~~~•••~~~~
Berbeda dengan Rheina yang sedang semangat-semangatnya mengenal lebih dekat dengan Islam. Ia terus menatap laptopnya. Berselancar di internet mencari beberapa artikel tentang Islam. Tekadnya sudah bulat untuk segera memeluk agama yang diridhai Allah itu.
Bahkan beberapa video tata cara sholat pun ia tonton. Niat baik Rheina ini ia lakukan untuk mendapatkan cinta yang haqiqi. Selain cintanya tapi yang utama adalah cinta-Nya.
Tepat pukul satu siang, ponsel Zahra berdering. Namun belum sempat Rheina menjawabnya panggilan sudah kembali di putus oleh si penelpon.
(1 panggilan tak terjawab)
Kak Gadzi Tampan:
Rhein, kamu tahu Zahra ada dimana? Kita perlu rapat sore ini untuk membahas kegiatan panti Ahad depan. Sudah kuhubungi beberapa kali tapi tetep nggak ada jawaban. Mungkin kamu bisa sampaikan ini. Tolong ya. Kutunggu di kedai biasanya jam dua nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Shaf di Belakangmu [SELESAI] ✔
Romance❗W A R N I N G❗ Cerita ini kemungkinan mengandung bawang. Unpublish sementara !! Sedang proses revisi !! "Sungguh indah agamaMu, ya Allah." Rheina Graceva. Satu shaf dibelakangnya adalah salah satu mimpinya setelah pertemuan dengan Fikran Gadzi A...