~~~~•••~~~~
PAGI seperti ini rutinitas seorang Zahra ketika libur bekerja adalah berkutat di dapur bersama umi. Ia tidak ingin tidak memiliki pekerjaan. Ia selalu mencari kesibukan di rumah. Entah itu membuat makanan yang nantinya akan dibagikan tetangga. Atau bahkan membersihkan seluruh penjuru ruangan rumah putih itu. Dari mengepel sampai lap kaca jendela agar terlihat kinclong.
Tapi, kali ini Zahra lebih memilih untuk membereskan rumah saja. Siapa tahu nanti ada tamu yang datang dan rumah sudah terlihat lebih rapi dan enak dipandang mata.
"Ra...habis beres-beres ini ada acara nggak?" Bang Fahri yang juga sedang libur bekerja bertanya pada adiknya. Tentunya mereka memiliki waktu libur yang sama karena bekerja di tempat yang sama pula.
"Emmm..." Zahra berpikir sejenak sambil mengetuk pelan dagunya sebelum menjawab pertanyaan sang kakak. "Sepertinya nggak ada, Bang. Ada apa memangnya?" Lanjutnya.
"Enggak ada sih....kamu nggak ada rapat KCS?" tanya Fahri lagi.
"Besok sore kayaknya habis dari kantor, kemarin nggak jadi soalnya, Kak Gadzi ada urusan jadi di undur besok sore..Abang mau ikut?"
Fahri manggut-manggut memahami. Kemudian menjawab, "Ya..nggak juga."
"Bang, tolong dong bantu angkat kursinya mau kugeser aja biar nggak terlalu sempit...."pintanya.
"Ok."
Kedua kakak beradik itu mencoba mensimetriskan sofa yang baru saja mereka pindah tempat.
"Nah....kalau gini kan lebih leluasa semisal ada tamu banyak...." kata Zahra dengan sumringah sambil mengibas-kibaskan tangannya.
"Emang mau ada tamu banyak?" Sepertinya Fahri tahu sesuatu, tapi ia enggan memberi tahu hal itu pada Zahra sebelum Abi yang angkat bicara lebih dulu.
"Enggak sih, Bang..." Fahri mengerucutkan bibirnya.
"Perlu bantuan lagi?" Tawarnya.
"Kayaknya....eng.....nggak deh, Bang." Katanya sambil mengedarkan mata ke seluruh penjuru ruangan. " Udah selesai juga habis ini mau bantu umi masak..." tambahnya.
"Umi udah selesai masak, nanti kamu beresin dapur aja, Ra!" Sahut Umi dari dapur.
"Ya, Mi.."
"Kalau gitu abang mau potong rumput dulu..."
"Hah? Bukannya baru kemarin malam bang Fahri ke salon, ya?"
"Rumput Ra...bukan rambut...." jawab Fahri geram kemudian melenggang keluar dan tiba-tiba kembali lagi.
"Ra...dipanggil Abi." Zahra membuntuti Fahri yang keluar rumah. Bertujuan untuk memenuhi panggilan Abi yang sedang berada di luar juga.
"Iya, Bi."
"Sini duduk.." Abi menepuk bangku kosong yang ada di sebelahnya.
"Abi mau tanya sama kamu..."
"Apa, Bi..." Ternyata Fahri diam-diam ikut mendengarkan percakapan Zahra dan Abi sambil tetap dengan pekerjaannya. Memotong rumput.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Shaf di Belakangmu [SELESAI] ✔
Romance❗W A R N I N G❗ Cerita ini kemungkinan mengandung bawang. Unpublish sementara !! Sedang proses revisi !! "Sungguh indah agamaMu, ya Allah." Rheina Graceva. Satu shaf dibelakangnya adalah salah satu mimpinya setelah pertemuan dengan Fikran Gadzi A...