04 ¦ math

1.4K 225 10
                                    

Raina memasuki sekolah dengan kepala menunduk. Dia sendirian, biasanya ada Jaemin yang setia menemaninya.

Jujur, ia sangat menyesal. Seharusnya ia mengizinkan Jaemin ikut saja dari pada bertengkar seperti ini.

Tak nyaman adalah hal yang ia rasakan. Tatapan orang-orang yang melihat serasa sedang menertawainya.

Rambut yang biasa-nya ia kuncir kuda, sekarang dibiarkan terurai begitu saja. Mungkin rambut terurai menambah kecantikannya, tapi sejujurnya ia mengurai rambut agar wajah kusutnya tidak terlalu terekspos.

Raina duduk diam di kursinya. Sesekali ia mengedarkan pandangan untuk mencari Jaemin, namun keberadaan pria itu tak terlihat.

"Sampai ketemu nanti di rumah Heejin ya Jaem. Bawa jajan, inget," ucap Jeno.

"Oke."

Raina menatap perbincangan singkat Jaemin dan Jeno sebelum Jeno pergi ke kelasnya dan Jaemin masuk ke dalam ruangan. Raina kembali menunduk. Jaemin terlihat senang dan biasa saja.

Kelaspun di mulai, kebetulan pelajaran pertama mereka di hari Kamis adalah matematika wajib.

"Park Raina," panggil gurunya.

"I-iya Bu?" tanya Raina kaku.

"Ini tugas kamu salah semua. Kenapa kamu bisa kayak gini?" tanya si guru.

"Maaf-"

"Kerjakan nomor delapan di papan."

Raina tertegun. Dia sungguh-sungguh tidak mengerti apapun. Biasanya Jaemin selalu membantunya, tapi sepertinya pria itu sudah mulai melupakannya.

Na Jaemin pindah duduk bersama Hwang Hyunjin, sementara dirinya ditinggal sendirian.

"Kenapa malah melamun? Sini maju kerjakan."

Raina maju dengan ragu dan menerima spidol dengan gemetar. Apa yang harus ia lakukan? Ia tidak bisa mengarang jawaban seperti pada pelajaran biologi.

Guru tersebut menyadari perbedaan Raina dari yang biasanya bisa santai mengerjakan soal di papan menjadi sebuah patung.

"Kenapa kamu hanya diam? Biasanya 'kan bisa," tanya guru.

"Udah ditinggal sama guardian angel-nya Bu!" sahut salah seorang murid, Nancy Mcdonie namanya. Sahabat Heejin.

Raina menatap Jaemin, tatapannya meminta bantuan pria itu, namun yang ada Jaemin malah mengalihkan pandangannya.

"Saya tidak bisa mengerjakan, Bu. Saya tidak mengerti," ucap Raina sembari menunduk.

"Ya sudah kalau tidak bisa. Pelajari ulang babnya dan kerjakan latihan soal. Senin kumpulkan, saya tes lagi," ucap si guru pada akhirnya.

Dengan menahan tangisan, Raina duduk kembali ke kursinya sambil mengalihkan pandangan matanya ke jendela luar.

Hari Minggu yang seharusnya menjadi hari kebebasan malah menjadi hari yang sangat sulit dia lalui. Ini sudah hari ketiga sejak ia bertengkar dengan Jaemin.

Raina menangis lagi. Gadis ini memang termasuk cengeng. Biasanya Jaemin akan meledeknya jika ia menangis.

Ia diam menatap buku yang memiliki ratusan angka di dalamnya.

"Nana..., aku nggak ngerti," ucapnya.

Rambutnya acak-acakan, matanya menjadi mata panda sekaligus bengkak karena menangis, dia frustrasi dan dia tidak berlebihan.

"Aku nggak ngerti, aku harus gimana...."

Dia membuka aplikasi-aplikasi di ponselnya yang mungkin bisa sedikit membantu.

Raina adalah tipe pelajar yang harus mendengarkan dan diajari secara langsung untuk bisa mengerti. Meski ada tulisan, dia tidak akan paham 100%.

Setelah bergumul dengan pikirannya sendiri, akhirnya Raina memutuskan untuk pergi ke rumah Jaemin. Sudah jam sembilan malam, Jaemin pasti ada di rumah. Raina harus menyelesaikan masalah ini secepatnya.

"Mau kemana Dek?" tanya Bibi Han.

"Rumah Jaemin, Bi. Mau minta ajar matematika hehe. Raina keluar dulu," pamit Raina lalu bergegas pergi ke rumah Keluarga Na.

Rumah Jaemin tidak jauh. Hanya saja, ketika sudah hampir sampai, hujan deras turun.

"Permisi-"

"Astaga Raina! Kamu kok kesini nggak pakai payung segala," panik Ibu Jaemin yang langsung menyeret Raina masuk dan menyuruh gadis itu mengganti pakaian-nya.

"Jaemin dimana Ma?" tanya Raina yang masih sedikit menggigil.

"Belum pulang dia, katanya mau belajar buat olimpiade. Kamu kok nggak ikut Rain? Mama khawatir kalau Jaemin pergi-pergi tanpa kamu."

Ya, sepercaya dan sepeduli itu keluarga Jaemin pada Raina.

Raina tersenyum. "Kalau Raina ikut, Raina pasti ngerepotin Jaemin, Ma."

"Terus kamu kesini ngapain?"

"Tadi niatnya mau minta ajar Jaemin, tapi ternyata masih pergi. Ya udah deh Ma, Raina pulang dulu," pamit Raina namun di tahan oleh Ibu sahabatnya.

"Masih hujan. Tunggu berhenti dulu baru pulang. Mama masak ayam lada hitam lho, ayo makan dulu." Raina mana bisa menolak jika diminta selembut itu.

Setelah makan, Raina segera berpamitan pulang. Tak sampai 5 menit kemudian, Jaemin pulang ke rumah.

Raina kemudian melanjutkan pergumulannya dengan buku-buku matematika itu. Sebelumnya, ia membuka pesan yang ia berikan pada Jaemin sepulang dari sekolah tadi.

Nana😋🐰

Hi Nana |
Aku minta maaf😭|
(read)

Raina menghela napasnya. "I hope we'll be better soon, Nana."

🌹to be continued🌹

Hi Fellas! Makasih ya atas dukungannya. Hebat sih, cerita yang baru rilis 3 hari yang lalu ini udah 200 reads sama nyaris 100 votes.

Memang masih dikit kalau disandingkan sama Cold Marriage, Sunbae, apa lagi Noona. Tapi aku bersyukur banget, apalagi buat kalian yang aktif vote & komen😭😭😭.

Semoga kalian suka ya ceritanya♡♡♡

26 April 2020

All the love,
Feli

Best Part (Na Jaemin) [Tamat;✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang