"Jaem, anak Mama yang satunya mana? Tadi Mama cek di kamarnya kok nggak ada?" tanya Ibu Jaemin.
"Tengah malam pindah ke kamar aku Ma. Mimpi buruk dia," jelas Jaemin.
Ibu Jaemin menatap anaknya penuh selidik. "Nggak kamu apa-apain 'kan?"
"Ya nggak lah Ma! Masa iya Jaemin tega ngerusak masa depan si Rai."
"Bagus. Perempuan itu di jaga bukan di rusak," ucap Ayah Jaemin yang ternyata menguping.
"NANAAAAA!" Jaemin terperanjat lalu segera berlari ke atas.
"Kenapa Rai?" tanya Jaemin.
"NANA ADA KECOA TERBANG DI KAMAR AKU!"
"Kamu dimana emang sekarang?" Jaemin menengok ke pintu kamarnya yang terbuka, kosong.
"Di kamar aku!"
Jaemin segera masuk ke kamar Raina, mendapati Raina masuk ke dalam selimut untuk menyembunyikan diri.
"Mana kecoanya?"
"Ya mana aku tahu!"
Ternyata si kecoa sedang berjalan dengan manja di bawah kursi. Dengan cepat Jaemin mengambil semprotan dan menyemprotnya tepat pada si kecoa.
"Ibu Kecoa, maafin Jaemin," ucap Jaemin sembari menatap iba kecoa yang sedang menggelinjang sekarat.
Raina keluar dari selimutnya lalu melompat ke punggung sahabatnya sehingga ia digendong Jaemin. "Nanti tolong pergiin kecoanya, aku takut."
"Iya iya," ucap Jaemin kemudian menggendong Raina turun ke bawah.
"Ma, anaknya yang satunya ketakutan gara-gara kecoa terbang nih," adu Jaemin.
"Ih Nana!"
"Udah jangan berantem. Ayo sarapan," ajak Ibu Jaemin.
Mereka makan dengan tenang seperti biasanya. Masakan Ibu Jaemin memang yang terbaik.
"Bulan depan kalian mulai ujian ya?" tanya Ayahnya.
"Iya Pa," jawab Raina.
"Papa ada niatan daftarin kalian buat les, kalau kalian mau."
Jaemin menatap Raina, gadis itu mengangguk. "Mau, Pa."
♡
Jaemin dan Raina mengikuti upacara di sekolahnya seperti biasa. Mereka bersebelahan kali ini karena Jaemin tidak sedang ditunjuk untuk menjadi petugas.
"Pagi anak-anak," sapa kepala sekolah mereka.
"Pagi Bu."
Kepala sekilah membacakan pengumuman-pengumuman penting yang membuat hampir seluruh siswa menguap karena mengantuk.
"Sekolah kita mendapat kabar baik kemarin karena empat siswa dan siswi berhasil memenangkan juara di olimpiade fisika kampus Neo, sementara dua lainnya berhasil masuk sampai babak semi-final. Kepada nama-nama yang dibacakan harap maju."
Raina terkejut kemudian menatap Jaemin. Dia tidak tahu kalau akan ada pembacaan seperti ini.
"Nak Choi Jisu dan Shin Ryujin dari kelas 12 IPA 2, Na Jaemin dan Park Raina dari kelas 12 IPA 1, Lee Jeno dan Huang Renjun dari 12 IPA 5."
Mereka yang namanya dibacakan maju. Raina sangat gugup mengingat ia tidak pernah berada dalam situasi seperti ini sebelumnya.
"Nah anak-anak. Teman-teman atau kakak kelas kalian yang berdiri di depan ini adalah contoh murid yang baik. Ibu harap kalian dapat mengikuti jejak mereka sesuai dengan bakat kalian."
Kepala sekolah kemudian memanggil salah satu murid yang membawa nampan berisi semacam boneka kecil dengan seragam sekolah mereka.
"Ini sedikit kenang-kenangan sekaligus ucapan terima kasih karena sudah mengharumkan nama sekolah kita."
Setelahnya mereka dipersilahkan kembali ke barisan masing-masing.
"Ibu mau mengingatkan sekali lagi, bulan depan untuk anak kelas dua belas sudah mulai diadakan ujian. Harap belajar dengan baik agar nilai kalian memuaskan."
Selanjutnya upacara dilanjutkan dengan normal sampai selesai.
"Bonekanya lucu banget!" seru Ryujin setelah mereka selesai upacara.
"Ah nanti aku ikut olimpiade juga deh biar dapat boneka," ucap Yeji.
"Aku nggak nyangka lho tetap dapat padahal cuma sampai semi-final," jelas Renjun.
Jeno mengangguk. "Biasanya cuma yang juara. Tapi kadang juarapun cuma dikasih gantungan kunci nggak sih?"
"Mungkin lomba kita emang sulit? Saingan kita banyak banget lho," ucap Raina.
"Bisa jadi sih."
"Masuk kelas ayo, nanti terlambat masuk," ajak Jaemin.
"Nanti makan bareng ya pas istirahat pertama, jangan lupa," ucap Lia.
Mereka semua berjalan ke arah kelas mereka. Kelas IPA berada di lantai 4 sementara IPS di lantai 3. Jadi, Yeji berpisah dengan mereka di tangga.
"Heejin guys," bisik Ryujin yang melihat Heejin dan teman-temannya akan berpapasan dengan mereka.
"Panasin nggak?" kompor Lia.
"Nggak usah. Aku pingin tahu reaksi dia yang abis ngata-ngatain aku," ucap Raina.
Heejin dan kawanannya lewat begitu saja. Heejin tidak menatap mata yang lain, hanya mata Raina dengan memicing tanda tak suka.
"Body language can't lie," gumam Raina.
"Slap them with your achievement."
🌹to be continued🌹
2 Mei 2020
All the love,
Feli
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part (Na Jaemin) [Tamat;✔]
Fanfiction"Na, you're the best part of my life." Tentang persahabatan antara Park Raina dan Na Jaemin. --- start: 24 April 2020 end: 24 Mei 2020 Awesome cover by Putri_graphic Highest rank: 6 on #challenge30gp (15.05.20) ©April 2020 by your__f