20 ¦ dissapointed

1.2K 182 9
                                    

Teman-teman mereka sudah pulang karena disuruh oleh Jaemin agar ia bisa leluasa berbicara dengan Raina. Mereka menurut, karena menurut mereka ini bisa menjadi masalah besar jika Raina dan Jaemin tidak menyelesaikannya empat mata.

Raina dengan perlahan membuka pintu pagar dan masuk ke dalam rumah. Sudah ada Jaemin dengan tatapan mematikannya.

"Nana, aku bisa jelasin," ucap Raina takut sembari menyentuh pergelangan tangan Jaemin namun ditepis oleh pria itu.

"Iya memang kamu harus jelaskan," ucap Jaemin kemudian naik ke lantai dua, dibuntuti oleh Raina yang sedang menangis.

"A-aku minta maaf, Nana," isak Raina ketika mereka sudah berada di kamar Jaemin.

"Nggak usah pakai nangis, nggak berguna. Cepat jelaskan."

"Aku daftar itu sama Lia soalnya aku mau langsung kerja biar nggak merepotkan keluarga kamu lagi. Awalnya aku iseng eh dapat undangan resmi di email. Akhirnya aku datang dan lolos seleksi demi seleksi padahal Lia gugur di seleksi pertama. Makanya waktu itu aku pulang jam setengah dua belas," jelas Raina.

"Hm."

"Aku dapat email minggu lalu kalau aku lolos babak pertama dan disuruh datang ke final interview hari ini. Terus, aku lolos."

Raina menunduk sementara Jaemin memandangnya masih penuh emosi. Mereka bahkan berjarak dua meter.

"Maaf Na."

"Tahu kesalahan kamu apa?"

"Nggak jujur sama Nana," ucap Raina.

"Kamu tahu? Aku merasa nggak kamu butuhkan sekarang."

"Nggak gitu, Na."

"Kamu bilang nggak gitu tapi aku ngerasanya begitu. Coba balik posisi jadi aku, marah 'kan kamu?"

"Aku takut kamu nggak izinin-"

"Park Raina. Walaupun aku nggak izinin kamu, kamu juga pasti tetap ikut karna kamu keras kepala. Nggak usah banyak alasan," ucap Jaemin.

"Jaemin masih marah?" tanya Lia.

Raina menunduk lalu mengangguk. "Aku udah jelasin semua ke Papa sama Mama. Ya emang aku yang salah karena nggak jujur."

"Kapan kamu pindah?" tanya Lia.

"Kemarin pas medical check katanya secepatnya karena harus training dulu tiga bulan," jelas Raina.

"Jaemin tahu?" Raina menggeleng.

"Astaga Ujan Badai," kesal Lia yang mulai frustrasi.

Raina menunduk lagi. "Ya gimana Lia. Orangnya ketemu aku aja kayak dendam, gimana ceritanya aku sok dekat terus bilang pindah."

Kedua gadis itu saling berbicara dengan frustrasi sampai melupakan teman-temannya -kecuali Jaemin- yang juga sedang makan di kafe bersama mereka.

"Sebenarnya bisa jadi Jaemin murka bukan hanya karna kamu nggak jujur, Rain," ucap Jeno.

"Hah gimana?" tanya Yeji.

"Kalau aku jadi Jaemin yang punya sahabat kayak perangko gitu, aku bakal marah karena aku kesal dia milih berpisah sih," jelas Jeno.

"Iya. Menurut aku juga gitu. Jaemin cuma berusaha menutupi kesedihan nggak sih?" gumam Renjun.

"Kayaknya kita harus bantu deh. Waktu Raina di Seoul udah nggak lama," ucap Ryujin.

"Aku nggak tega sama Jaemin. Jaemin itu penyayang apa lagi sama teman-temannya. Ingat nggak pas Ryujin bilang mau pindah ke Jepang? Jepang yang dekat aja dia sedih gitu apa lagi Singapore?" ucap Raina.

"Ya dan yang pindah ke Singapore itu kamu. Pasti rasanya sakit tuh," gumam Soobin.

"Aku percaya si Jaemin pasti dukung Raina apapun keputusan dia. Cuma Jaemin butuh waktu aja," ucap Chenle dengan santainya.

"Bocah kok benar?" ucap Renjun.

"Heh, aku cuma beda setahun ya sama kalian," kesal Chenle.

"Cuma? Kita udah merangkak kamu baru brojol," ucap Lia.

"Kamu nggak mau baikan sama Raina?" tanya Ayah Jaemin mengingat sudah seminggu kedua anak itu tidak saling sapa. Makanpun seperti orang tidak saling kenal. Hm, bukan Raina, hanya Jaemin yang seperti itu. Raina hanya menatap Jaemin sendu tiap hari.

"Jaemin nggak suka dia semaunya sendiri," kesal Jaemin.

"Raina 'kan sudah jelasin kalau dia begitu karena takut kamu sedih," ucap Ibu Jaemin.

"Ya tetap aja Ma. Jaemin kesal dia kayak gitu apa lagi Jaemin temannya sudah lama, berasa tidak dianggap."

"Terus mau sampai kapan kamu gini terus, Jaemin? Raina juga sudah minta maaf 'kan?"

"Apa dengan minta maaf, Raina batal pergi?" Jaemin membalikan pertanyaan.

"Bukan gitu, Nak. Papa sama Mama nggak mau kalau hubungan kamu rusak cuma karna ini. Raina itu sayang banget sama kamu, kamu juga 'kan?" ucap Ibu Jaemin.

"Iya, Jaem. Waktu terus jalan lho."

Jaemin mendengus sebelum naik ke lantai dua. "Nggak tahu deh."

"Jaemin," ucap Renjun sembari duduk di samping temannya yang ia ajak bertemu di 7 Eleven, low budget deals.

"Kenapa? Aku nggak mau kalau soal Raina," ucap Jaemin.

"Kamu marah tapi lebih terlihat seperti orang sedih," ucap Renjun sembari menyeruput kopinya.

"Raina tidak percaya lagi denganku. Dia sudah tidak membutuhkanku."

"Kamu salah paham. Raina begitu karena dia takut, dia takut mengecewakanmu makanya dia nggak mau cerita," jelas Renjun.

Jaemin mendengus kesal. "Ya justru itu yang membuatku makin kecewa."

"Memang itu kesalahannya, Jaem. Yang mau aku tegaskan adalah Raina nggak bermaksud menyakiti kamu," ucap Renjun.

"Aku butuh waktu, Njun. Aku terlalu kecewa. Selama sembilan tahun kami berteman, baru kali ini dia begini," ucap Jaemin dengan tegas.

"Jangan terlalu keras kepala Na Jaemin. Kamu tidak boleh membuang kesempatanmu dengan dia sekarang. Jaem, kamu harus menghargai tiap detik dia denganmu saat ini," ucap Renjun.

Jaemin mengernyit. "Maksudmu?"

"Raina akan pindah ke Singapore dua minggu lagi, Jaem."

🌹to be continued🌹

Aku lebih suka pake pronounce Singapore dari pada Indonesianya (Singapura), nggak apa apa kan ya? :")

6 Mei 2020

All the love,
Feli

Best Part (Na Jaemin) [Tamat;✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang