"Cinta itu tak selamanya mengandalkan hati, tapi logika juga. Jika hanya menggunakan hati, maka hanya perih yang akan kau rasa, ketika cintamu tak sesuai dengan ekspektasimu."
***
SESAMPAINYA di kampus, Rafa dan Zidan segera keluar dari mobil dan berjalan menuju ruangan mereka. Disaat sedang berjalan menuju ke ruangan itu, seorang gadis tiba-tiba mencegat mereka tepat di hadapan kedua orang itu.
Zidan dan Rafa pun bingung dan hanya memandang satu sama lain. Rafa menaikkan satu alisnya keatas dan menatap bingung wajah gadis yang terlihat malu-malu di hadapannya ini.
"Kak Rafa," panggilnya dalam bahasa Jerman.
"Ya, saya, kenapa?" Tanya Rafa sopan.
"K.. k.. kak... Aku.. suka sama.. sa.. ma.. kak Rafa," ungkap Gadis itu dengan terbata-bata karena gugup.
Ia segera mengeluarkan sekotak coklat yang sudah dibungkus rapi menggunakan bungkusan berwarna merah juga pita yang menghiasi kotak tersebut.
Zidan tidak heran lagi melihat hal itu, dan Rafa juga tidak terkejut mendapatkan perilaku seperti ini. Banyak perempuan yang selalu memberikan hadiah kepada Rafa. Bukan hanya itu, bahkan ada yang menembak Rafa secara terang-terangan. Namun reaksi yang diberikan cowok itu selalu menyakiti hati gadis-gadis tersebut.
"Sorry, saya sudah punya pacar," pungkas Rafa dengan jawaban yang sama dengan yang ia berikan kepada gadis lainnya.
"Ahhh... Maaf kak, aku gak tau," ucap gadis itu, "tapi kak Rafa bisa ambil coklatnya, silahkan kak," sambung gadis itu.
"Sorry, saya gak suka makanan manis," tolak Rafa lalu segera pergi dari hadapan perempuan itu.
Zidan yang melihat itupun berusaha untuk menenangkan gadis itu dengan tersenyum kepadanya. Zidan mengejar Rafa yang sudah lebih dulu berjalan di depannya.
"Kasian banget ya cewek-cewek yang nembak lo," ucap Zidan saat ia sudah menyetarakan langkahnya dengan Rafa.
"Gak peduli gue, lagian kenapa gue sih? Kenapa gak lo aja? Repot banget," keluh cowok itu.
"Yahhh, mungkin karena lo lebih dari gue haha, gue malah bersyukur gak ada yang gitu ke gue, jadi gue bisa langgeng sama Deca hahaha," ucap Zidan.
"Hm, yaaa.. btw Deca satu kampus sama Alca kan?" Tanya Rafa.
"Yaa, dia jurusan seni, btw Alca ambil jurusan apa?" Tanya Zidan balik.
"Hukum," jawab Rafa singkat.
"Widihhhh, calon jaksa nihhh," ucap Zidan.
"Hahaha iyaa, emang udah dari kecil pengen jadi jaksa, tapi juga pengen jadi penulis," ucap Rafa.
"Yahhh, bagus deh dia bisa dapetin dua-duanya tanpa harus mengorbankan salah satu impiannya."
"Hmm. Kelas lo dimana?" Tanya Rafa.
"Diatas, gue duluan ya bro," ucap Zidan karena mereka sudah sampai di tangga ruangan cowok itu.
Zidan menepuk pundak Rafa sebelum pergi. Setelah itu barulah Rafa melanjutkan langkahnya menuju ruang kelasnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
RafAlca (SEQUEL) [COMPLETED]
Teen FictionCerita ini merupakan sequel atau kelanjutan dari cerita sebelumnya yaitu "Prince and Princess" yang mengisahkan tentang dua orang remaja berusia 16 dan 18 tahun. Mereka sudah saling mengenal dan bersahabat lama yaitu sekitar 16 tahun saat keduanya m...