-Chapter 7-

1K 45 6
                                    

"Panjang umur buat mereka yang udah membuat tuduhan serendah ini kepada keluarga gue."

***

MALAM tiba, Alca masih berada di rumah Rafa saat itu. Gadis itu duduk termenung di balkon kamar Rafa. Tentunya sendirian, tak ada yang menemaninya. Ia belum memberi tahu Rafa tentang masalah ini. Ntah kenapa gadis itu tidak ingin menambah beban pikiran Rafa. Jadi ia memilih diam untuk saat ini, mungkin nanti ia akan menceritakan semuanya.

Tak lama pintu kamar cowok itu terbuka. Alca melihat ke arah pintu dan menemukan Rana berdiri disana.

"Kenapa Kak?" Tanya Alca.

"Makan malam dulu yuk, udah siap tuh di bawah," ucap Rana.

Alca hanya menganggukkan kepalanya lalu berdiri dan berjalan mengikuti langkah Rana yang lebih dulu berjalan di depannya. Mereka menuju ke lantai bawah, tepatnya ruang makan. Alca duduk diantara Cerry dan Rina.

"Jadi gimana? Kamu mau kan tinggal di rumah Rana yang lama?" Tanya Rina kepada Cerry.

"Gak ngerepotin?" Tanya Cerry.

"Berapa kali sih kami harus bilang, kita ini udah kayak keluarga, jadi gak mungkin kamu merasa kerepotan," jelas abdy.

Cerry menunduk, sendok dan garpu masih bertengger bersih di jarinya. Ia belum menyentuh makanannya sama sekali. Sedangkan Alca, gadis itu memaksa dirinya untuk menelan makanan yang kini sedang ia kunyah.

"Yaudah, besok aku sama anak-anak langsung pindah aja ke rumah Rana yang lama," putus Cerry setelah memikirkan hal itu matang-matang.

Rina mengangguk sambil tersenyum kearah Cerry. Wanita itu senang karena sahabatnya ini menerima apa yang ia berikan dengan ikhlas.

"Tapi mungkin hanya untuk sementara setelah aku dapat pekerjaan dan bisa beli rumah yang lebih kecil," sambung Cerry.

"Iya gak papa, maaf ya, cuma bisa bantu segini, masalah yang lain kami hanya bisa ngasih semangat ke kamu," ucap Rina.

"Gak Rin, kamu udah bantu banyak banget ini, makasih yaa," jawab Cerry.

"Sama-sama," ucap Rina sambil menepuk pundak belakang Cerry dan mengelus rambut Alca penuh sayang.

"Makasih tante, Alca sayang tante," ucap Alca lalu memeluk Rina sambil menangis karena terharu.

Rina mengelus punggung gadis itu agar tenang dan tidak menangis lagi.

"Iya, sama-sama sayang, tante juga sayang Alca. Dah makanannya habisin dulu ya," ucap Rina lalu melonggarkan pelukannya.

Alca mengangguk lalu melanjutkan acara makannya yang belum selesai. Di meja makan itu kini dipenuhi Senda gurau ringan untuk menghibur mereka yang sedang terkena musibah.

***

Jerman, 15.40
COWOK itu baru saja selesai membuang sampah di dekat basement. Ketika hendak masuk kedalam apartemennya, ponsel yang ada di dalam saku celananya berdering. Ia mengambil telepon yang berdering itu ketika sudah masuk kedalam apartemennya.

"Kak Rana? Tumben telepon," gumam Rafa.

Dengan satu gerakan, cowok itu mengangkat telepon dari Rana dan mendekatkan ponselnya dengan telinganya.

RafAlca (SEQUEL) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang