"Ini sakit, namun mau bagaimana lagi? Kesengsaraan adalah bagian dari kebahagian, jika ingin bahagia maka harus sengsara dulu, kebahagiaan tidak lengkap tanpa adanya kesengsaraan dan penderitaan."
***
HARI-HARI kembali seperti biasa yang dialami gadis itu. Masih sama seperti beberapa Minggu yang lalu, cercaan, celaan, dan hinaan tentang ayahnya masih belum reda dan malah semakin heboh. Gadis itu sampai mengunci akun Instagramnya dan mematikan kolom komentar agar tidak mendapatkan komentar jahat lagi.
Namun, sepertinya para nitizen tidak berhenti sama disitu, banyak yang mengiriminya pesan ke Instagram miliknya dengan berisikan cercaan yang semakin menusuk hatinya. Setiap malam ada saja isakan yang keluar dari bibir gadis itu. Alca mulai berserah diri kepada Yang Maha Kuasa atas semua yang ia alami ini. Alca juga berusaha untuk menenangkan diri dengan berpikir masih banyak orang yang peduli dengannya.
Sekarang, Alca berada di toilet kampus. Ntah sudah berapa lama dia duduk di atas toilet itu. Kini, celananya dipenuhi dengan darah menstruasinya. Ya, gadis itu tidak membawa pembalut di dalam tasnya. Ntah harus berapa lama lagi ia menunggu disini.
Ponselnya kehabisan baterai dan ia tidak bisa menelepon Lizzi ataupun Vanila. Sungguh malang nasibnya.
"Gue harus gimana?" gumamnya lirih sambil meratapi nasibnya yang sangat sial ini.
Tak lama, sekitar setengah jam kemudian, terdengar pintu toilet terbuka. Derap langkah mendekat, ia tidak tahu siapa itu.
"Alca," panggil seseorang, suara perempuan, mungkin saja Vanila.
"Nila? Itu lo?" tanya gadis itu.
"Iya ini gue, lo di dalem?"
"Iya, gue di dalem."
Tak lama dari atas pintu toilet bilik toilet, sesuatu yang berbentuk tipis dan ringan jatuh dari sana.
"Pakai cepetan, gue tunggu di luar," ucap Vanila.
"Okeyy."
Alca segera memakainya dengan cepat, setelah selesai, gadis itu segera keluar dari sana. Namun, sontak tubuhnya langsung menegang, tidak dapat ia gerakkan sedikitpun. Di depannya bukan Vanila atau Lizzi, melainkan Agra yang kini sudah mengikat jaketnya di pinggang Alca.
"Kak... Kak Agra?" ucapnya terputus-putus masih tidak percaya dengan semua ini.
"Hm, Vanila tadi udah keluar duluan katanya ada urusan, pas banget ketemu gue di depan jadi dia minta tolong ngasihin jaket ini ke lo," jelas Agra.
Alca berusaha untuk mencerna penjelasan Agra dengan baik-baik. Ia merasa sedikit lega karena ada yang menolongnya, namun kenapa Vanila memberikannya kepada Agra? Dan jelas-jelas ini adalah toilet cewek, jika ada yang melihatnya maka kacau semua.
"Ayo keluar cepetan, ntar malah dipergoki," ucap Agra yang langsung menggandeng tangan Alca untuk keluar dari sana.
"Eh kak, gak apa-apa keluar barengan? Gak ada CCTV?" tanya Alca panik.
"Gak, CCTV disini rusak, gue ngecek kemarin, lo tetep di belakang gue, mau liat keadaan dulu," ucap Agra.
"Okey," jawab Alca.
KAMU SEDANG MEMBACA
RafAlca (SEQUEL) [COMPLETED]
Novela JuvenilCerita ini merupakan sequel atau kelanjutan dari cerita sebelumnya yaitu "Prince and Princess" yang mengisahkan tentang dua orang remaja berusia 16 dan 18 tahun. Mereka sudah saling mengenal dan bersahabat lama yaitu sekitar 16 tahun saat keduanya m...