-Chapter 18-

779 45 39
                                    

"Rintangan memang datang silih berganti, tetapi tenang, kebahagian akan datang suatu saat nanti."

***

ALCA baru saja pulang dari kampusnya siang itu, matahari seperti sudah berada tepat diatas kepalanya. Peluh membanjiri seluruh tubuhnya, ya wajar saja karena ia mengendarai sepeda untuk bisa sampai di rumahnya.

Sampai di rumah, Alca segera memarkirkan sepedanya dan masuk kedalam rumahnya. Tak lupa ia mengucapkan salam saat masuk walaupun Alca tahu tidak ada yang akan menjawab salamnya.

Gadis itu menutup kembali pintu rumahnya dan segera berjalan menuju kamarnya untuk berganti baju. Selesai menukar bajunya dengan baju santai, Alca melenggang keluar dari kamarnya berjalan kearah sofa di ruang tengah. Dari pada bosan, ia memilih untuk menyetel siaran TV.

Drrt drrt..

Dering ponselnya membuat Alca mengalihkan perhatiannya kearah meja depan sofa. Ia segera meraih ponsel tersebut dan melihat siapa yang menelponnya. Sengaja ia tidak menyaringkan volume ponsel tersebut karena mengganggu.

"Hallo?" ucap Alca mengawali pembicaraan.

"Walaikumsalam, salam dulu elah, dasar adek gak ada akhlak!" Cerca orang di seberang sana.

Alca terkejut dan melihat sekali lagi siapa orang yang menelponnya. Ia membaca nama pemanggil itu, dan benar tebakannya, itu adalah Raka.

"Iye iye maap, assalamualaikum," ucap Alca setelah kembali mendekatkan ponselnya dengan telinganya.

"Yee, walaikumsalam."

"Napa lo? Tumben nelpon gue, kangen yaa sama adek lo yang cantik membahana halilintar ini? Hahahah," ucap Alca dengan tingkat kepedean 100000%.

"Hah!! Pede banget anjir! Heh denger yaa! Gue nelpon lo karena mau ngirimin lo uang! Mau kagak?" ucap Raka menyampaikan niatnya kepada Alca.

"Mau dong!! Rejeki mana boleh ditelantarkan ya nggak? Hahahah, ntar gue kasih nomor rekening gue di SMS," jawab Alca tak kalah bobroknya dengan si abang.

"Hah? Nomor rekening?" tanya Raka bingung sendiri.

"Ya kan lo katanya mau ngirimin gue duit, pasti butuh nomor rekening lah, kalau gak mau lo kirim pake apa? Gojek? Keburu raib tuh uang dibawa lari sama dia," cerocos Alca panjang lebar kali tinggi.

Jujur, Raka sangat pusing mendengar celotehan Alca yang super ngebut dan membuat telinga panas itu. Tapi ntah kenapa, ia sangat merindukan sosok adiknya.

"Santai ae mulut mercon! Lah? Yang mau ngasih sekarang siapa? Duitnya aja belum ada, gila lo," pungkas Raka.

"Hah? Terus tadi lo bilang....."

"Kan gue gak bilang hari ini hahahah, dasar mata duitan, adeknya siapa sih lo??"

"Adek lo anjir! Gue sumpahin juga lo jadian sama mbak Kunti!"

"Dihhhh, gue terlalu tamphan buat mbak Kunti! Dah ah, gue mau bokep dulu."

"ASTAGFIRULLAH ABANG!!!" teriak Alca tanpa sadar.

RafAlca (SEQUEL) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang