-Chapter 21-

780 48 10
                                    

"Melihat orang tersayang bahagia tuh, rasanya bahagia banget.. walaupun bahagianya bukan sama kita."

***

DI SEBUAH rumah tahanan yang berada di Jakarta Selatan. Seorang gadis melangkah masuk kedalamnya karena ada urusan.

Gadis itu menghampiri polisi perempuan yang duduk di balik meja kerjanya dan bertanya dengan sopan, dimana tahanan yang melakukan korupsi ditempatkan.

Sang polisi memberi tahukannya dan segera mengantarnya menemui seseorang yang berada di dalam sana. Kini mereka sudah berada di sebuah ruangan yang memiliki dinding kaca tebal berlubang. Batas antara seorang tahanan dan pengunjung.

"Ada yang bisa saya bantu, nona?" tanya seorang penjaga tahanan yang duduk di pojok ruangan itu.

"Iya pak, bisa tolong panggilkan ayah saya?" ucap gadis itu meminta tolong dengan sopan.

"Siapa nama ayah kamu?"

"Rio Ferdinand."

"Tunggu sebentar," ucap polisi tadi dan segera masuk kedalam ruangan tempat para tahanan ditempatkan.

Tak lama, keduanya keluar dari pintu yang ada di seberang dinding kaca itu, sedangkan Alca hanya duduk menunggu kedatangan sang ayah di kursi yang telah disediakan.

"Alca? Kamu ngapain kesini sayang?" tanya sang ayah lembut sembari duduk di kursi.

"Ayah... Alca kangen ayah.." lirihnya pelan.

Ingin sekali dirinya memeluk sang ayah, namun tidak bisa. Dinding kaca super tebal ini menghalanginya. Andai saja Alca mempunyai kekuatan menembus dinding, dirinya pasti akan menembus dinding ini dan memeluk ayahnya sepuas mungkin.

"Iya nak, ayah juga kangen sama kamu," ucap Rio menatap sendu kearahnya.

"Ayah baik-baik aja kan?" Alca mengkondisikan suaranya agar tidak terdengar parau, karena jujur, ia ingin menangis sekarang.

"Baik kok, kamu baik-baik aja kan? Apa kabar bunda dan yang lain?" tanya sang ayah kepada putri sulungnya.

"Aku baik yah, bunda, bang Raka, sama Camila juga baik-baik aja, mereka ada di Bandung sekarang," jelas Alca dengan senyuman yang dipaksakan.

"Di Bandung? Jadi kamu sendiri disini?" tanya Rio bingung.

"Alca tinggal sendiri, tapi juga sering ke rumah tante Rina kok, mereka yang jagain Alca."

"Oh begitu, baguslah. Alca kuliah yang pinter yaaa..," ucap Rio menyampaikan pesannya.

"Iya ayah, pasti! Alca bakal belajar dan kuliah yang pinter buat bisa ngeluarin ayah dari sini, ayah gak salah kan?"

Rio menggeleng pelan, ia memang tidak bersalah dan ini hanya tuduhan. Namun, ntah kenapa semua bukti yang didapat sangat konkret dan pasti mengarah kepadanya, maka dari itu, Rio mendapat vonis hukuman selama lima tahun. Tetapi, jika Rio melakukan tindakan baik selama di dalam penjara, pria itu akan mendapatkan pengurangan waktu yaitu tiga tahun.

"Alca bakal buktikan kalau ayah gak salah, walaupun ayah sudah keluar dari penjara ini," putus Alca.

"Iya nak." Tatapan Rio semakin sendu mengarah ke putrinya. Ia tersenyum sedih karena tidak bisa memegang putrinya barang sehelai pun rambut Alca.

"Waktu habis, silahkan bapak Rio untuk masuk kembali kedalam sel," ucap polisi itu dan segera menuntun Rio kembali masuk kedalam ruangan.

Alca hanya bisa melambaikan tangannya saat melihat sang ayah digiring masuk kedalam ruangan terkunci itu.

RafAlca (SEQUEL) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang