"Kedatanganmu, membuat sepiku hilang, dan kepergianmu, membuat sepiku hadir, bersamaku menemaniku."
***
•BANDARA SOEKARNO-HATTA•
Koper besarnya kini ia tarik sendirian menuju ke teras bandara itu. Gadis bungsunya kini berada di sampingnya, berjalan berdampingan menuju tempat utama bandara tersebut. Sedangkan gadisnya yang kini telah berusia remaja, mengekor di belakang dengan tas besar yang menggantung di tangannya."Udah, sini Ca, tas bunda," ucap sang bunda.
"Bunda hati-hati ya disana." Alca memperingatkan.
"Tenang aja sayang, disana juga ada abang kamu, bunda juga gak bakal tinggal sendiri kok," jelas Cerry penuh kehati-hatian.
"Hm yaudah kalau gitu, safe flight mom, I love you," seru Alca sambil tersenyum lalu memeluk erat bundanya.
Tak lupa ia juga memeluk Camila, adiknya.
"Bunda sama Mila masuk dulu ya, kamu jaga diri ya disini, kalau gak berani di rumah, ke rumahnya tante Rina aja ya," tukas Cerry penuh perhatian.
"Iya bunda, hati-hati yaaa," ucap Alca.
Cerry mengangguk tersenyum lalu masuk kedalam bandaranya sambil mendorong kereta barang yang baru saja ia ambil untuk meletakkan barang-barang bawaannya.
"Kalau udah sampai telepon Alca ya bunda," seru Alca ketika Cerry dan Camila sudah lumayan jauh berada di depannya.
Cerry menoleh lalu mengangguk dan tersenyum kembali. Terlihat dari belakang, kerudung wanita paruh baya itu melompat-lompat karena tersibak angin yang memang pada sore itu cukup kencang.
Alca kembali ke mobil Rana yang sudah menunggunya di parkiran. Ya, mereka datang ke bandara dengan diantar oleh Rana menggunakan mobil pribadinya.
"Jangan sedih Ca, ntar malem kita makan malam sama-sama, mau yaa," tawar Rana.
"Mau sih kak, cuman... Alca malam ini pengen di rumah aja banyak tugas dari dosen hehe," ucap Alca mencari alasan.
Ia ingin menghabiskan waktunya di dalam kamar untuk menangis. Ntah kenapa ia sangat ingin menangis sejak bundanya meninggalkannya barusan. Kosong. Itulah yang Alca rasakan sekarang ini.
Rana hanya bisa menghela napas panjang, ia mengerti apa yang Alca rasakan. Apa boleh buat, wanita itu hanya bisa menganggukkan kepalanya dan mencoba mengiyakan apa yang Alca ucapkan tadi.
***
"JADI gimana?" Tanya seseorang tersebut di dalam teleponnya.
"Gue tetep balik kok, cuman kayaknya sampai disana malam kak," jawab seseorang di ujung sana.
"Oh gitu, yaudah gak papa. Lo dimana sekarang?" Tanya si penelpon lagi.
"Sudah di ruang tunggu," jawabnya lagi.
"Oh yaudah kalau gitu, gue matiin dulu, safe flight, byee."
"Bye." Setelah itu, sambungan di putus sepihak oleh si penelpon.
Rana menghela napas panjang, sebentar lagi adiknya itu akan pulang dan hal itu akan membuat Alca senang setengah mati. Ya, gadis itu memang mengetahui kalau Rafa akan balik, namun ia tidak tahu kalau Rafa akan balik secepat ini hanya demi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RafAlca (SEQUEL) [COMPLETED]
Teen FictionCerita ini merupakan sequel atau kelanjutan dari cerita sebelumnya yaitu "Prince and Princess" yang mengisahkan tentang dua orang remaja berusia 16 dan 18 tahun. Mereka sudah saling mengenal dan bersahabat lama yaitu sekitar 16 tahun saat keduanya m...