-Chapter 25-

839 41 11
                                    

"Satu masalah belum selesai, eh sudah muncul masalah baru, Tuhan sayang padaku atau dia senang melihatku menderita?"

***

BOLA matanya berkedip, ia membuka kedua manik matanya, menyesuaikan dengan cahaya yang menyeruak masuk kedalam kamar tersebut. Ia mencoba untuk mengingat lagi, kenapa dirinya bisa ada disini. Padahal terakhir kali yang dirinya ingat, ia sedang berada di kafe.

Rafa mengedarkan pandangannya, menyapu bersih ruangan itu. Kosong, hanya ada dirinya disana. Ia yakin betul kalau tadi malam ia sedang di kafe bersama dengan Sabita. Dan sekarang siapa yang mengantarnya pulang? Sabita kah?

Rafa berusaha untuk bangun dari tidurnya. Kepalanya sangat pening dan hampir pecah rasanya. Rafa mengambil ponselnya yang ada di atas nakas dan mengecek.

Ada banyak pesan dari Alca. Lebih dari sepuluh pesan. Ia pun segera membuka pesan tersebut dan melihat isinya.

Rafa tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh gadisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rafa tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh gadisnya. Kenapa Alca marah-marah kepadanya? Apakah terjadi sesuatu tadi malam? Apakah ini semua ada hubungannya dengan Sabita?

Rafa memutuskan untuk menelepon Alca dan bertanya kenapa gadis ini begini. Padahal masih pagi. Sungguh bingung Rafa dibuatnya.

Dering pertama, tidak diangkat. Dering kedua juga sama. Dan di dering ketiga lah baru Alca mengangkat teleponnya itu.

"Hallo, Ca?" ucap Rafa mengawali pembicaraan.

"Hm," jawab Alca.

"Lo kenapa? Jelasin semua ke gue, gue gak ngerti sama sekali," ucap Rafa terus terang.

"Gak ngerti? Maksud kamu apa? Bukannya kamu tau semuanya," balas Alca yang semakin membuat Rafa bingung.

"Hah? Tau apa? Beneran gue gak tau apa-apa, cewek itu? Cewek siapa? Kemarin malam kenapa?" tanyanya dengan banyak pertanyaan.

"Nanti aku jelasin, aku sibuk, hari ini banyak pelanggan di kafe, udah dulu, bye," putus Alca dan langsung mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.

Rafa semakin bingung, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena frustasi. Sebenarnya apa yang membuat Alca seperti ini? Dirinya benar-benar tidak tahu.

Rafa memutuskan untuk mandi dan bersiap ke kampus. Ia juga berniat menanyakan ini kepada Sabita. Mungkin dia mengetahui sesuatu.

***

ALCA baru saja selesai membersihkan meja-meja makan yang kotor. Mukanya lesu, kini ia sedang berada di depan meja pemesanan untuk mengambil dan mengantarkan pesanan pelanggan.

RafAlca (SEQUEL) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang