-Chapter 41

1K 51 4
                                    

"Semua bisa diperbaiki, namun untuk kembali seperti semula itu impossible, ibarat kaca yang sudah retak dan hancur lalu dirakit ulang, menyatu, tapi tidak bisa memantulkan bayangan secara sempurna."

***

RAFA baru saja selesai dari kampusnya hari ini, sehabis dari kampus ia memutuskan untuk singgah sebentar di kafe tempat favoritnya dan teman-temannya berkumpul.

Namun, hari itu dirinya hanya pergi sendiri untuk menenangkan pikiran. Mungkin karena kuliahnya yang semakin lama semakin susah karena dirinya akan wisuda tahun depan. Tinggal beberapa bulan lagi, tidak sampai setahun.

"Mau pesan apa kak?" tanya pelayan yang mendatangi meja Rafa.

"Ice cappucino satu," jawab Rafa tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Baik, ditunggu ya kak," ucap pelayan itu lalu pergi dari sana.

Rafa sedang menunggu gadisnya untuk membalas chatnya. Ntah kemana gadis itu sekarang, mungkin saja ia sedang ada keperluan.

Tak lama, ponselnya berdering dan itu dari Alca. Dengan sigap Rafa segera mengangkatnya dan meletakkannya di samping telinganya.

"Hallo, Raf? Kenapa? Aku lagi di kamar mandi tadi," ucap Alca mengawali pembicaraan.

"Iya gak papa, mau kemana? Tumben lo jam segini mandi," tanya Rafa.

"Mau jalan sama Lizzi, kamu udah tau belum," jawab Alca.

"Tau apa?"

"Anna udah balik ke Indo dan dia ngajak aku sama Lizzi ketemuan," ungkap Alca.

"Oh udah kok," jawab Rafa.

"Hah?! Jadi kamu udah tau?? Kok gak ngasih tau aku sih?!!" tanya Alca sambil berteriak.

Rafa seketika menjauhkan teleponnya dari telinganya karena suara maha kencang Alca yang sangat memekakan telinga. Setelah Alca selesai berteriak, barulah Rafa mendekatkan kembali ponselnya.

"Suara dikondisikan tolong," ucap Rafa datar.

"Bodooo, gak urus! Kamu gak pernah ngasih tau aku, kenapa?"

"Kan lo gak pernah nanya ke gue."

Jawaban Rafa sontak membuat Alca terdiam dan tidak tahu harus berkata apa lagi.

"Ih tau ah! Kesel!"

Setelah itu Alca mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Rafa hanya tertawa geli saat mengetahui kalau gadis itu sedang kesal. Sayangnya Rafa tidak bisa melihat wajah Alca yang sedang kesal, ia hanya bisa membayangkannya.

Setelah menghabiskan minumannya, Rafa segera keluar dari kafe tersebut dan pulang ke apartemennya. Sampai di apart, ia merasa kalau ada yang janggal dengan apartemennya.

Di tombol-tombol angka untuk password apartemen itu terdapat bekal minyak, ntah minyak apa, mungkin bekas snacks atau makanan apapun yang berminyak.

Rafa pun membuka pintu apartemennya dan melihat siapa yang ada di dalam apartemennya itu. Ia melihat beberapa pasang sepatu yang ia kenali.

RafAlca (SEQUEL) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang