-Chapter 27-

791 44 16
                                    

"Satu hal yang perlu kamu tahu, orang baik, tidak selalu baik dan orang jahat, tidak selalu jahat."

***

RAFA masuk kedalam apartemennya, ia menerima pesan baru lagi. Dan itu adalah foto. Si pengguna nomor ini sepertinya tidak jera-jera untuk mengiriminya foto Alca dan Agra.

Hal itu sebenarnya membuat Rafa risih, namun, jika ia memblokir nomor itu, percuma, si pengguna akan membeli kartu baru dan kembali melakukannya.

Masalahnya dengan Sabita pada malam itu sudah selesai. Sepertinya ada kesalahpahaman antara Sabita dan Alca. Gadis itu tidak mengatakan hal yang Alca katakan, dia hanya mengatakan kalau Rafa pingsan karena kelelahan.

Ya, memang benar Rafa kelelahan, tapi ia tidak tahu harus percaya kepada omongan siapa. Rafa mempercayai kekasihnya, namun penjelasan Sabita lebih masuk diakal. Gadis itu sangat polos, baik muka maupun ucapan.

Tapi jika Alca mengatakan hal itu... Tujuannya apa? Hal itu malah membuat hubungannya dengan Rafa akan hancur iya kan? Terus kenapa Alca mengatakan itu? Disini sebenarnya siapa yang benar dan siapa yang bohong?

Drrtt!! Drrtt!!

Rafa mengambil ponselnya dan menerima telepon itu.

"Hallo? Siapa?" tanya Rafa.

"Kak ini aku, Sabita," Jawab si penelpon.

***

BEBERAPA menit setelahnya, Rafa datang dan melihat gadis itu duduk di bangku pinggir rooftop kampus. Ntah kenapa Rafa mau menuruti permintaan gadis itu.

"Kenapa?" tanya Rafa langsung.

Sabita mengangkat kepalanya, gadis itu menangis. Tapi tidak tahu karena apa. Rafa yang melihat itu sontak terkejut dan teringat bayangan Alca yang menangis malam itu.

"Lo.."

"Kak, aku..," potong Sabita.

Rafa diam di tempat, Sabita berdiri lalu berjalan mendekati Rafa. Gadis itu memeluk Rafa, dan Rafa tidak tahu harus bereaksi apa.

Ia merasa kalau ini salah, namun, kenapa dirinya tidak sanggup untuk mendorong Sabita menjauh darinya? Seketika keberaniannya menipis karena mendengar tangisan gadis ini.

"Bit," panggilnya seraya mendorongnya pelan untuk melepas pelukannya.

"Bentar aja kak, dua menit," pinta Sabita dengan suara lirihnya.

Rafa hanya bisa menghela napas pelan. Ini adalah salah satu kelemahannya, tangisan perempuan adalah salah satu kelemahannya. Walaupun hal itu hanya berlaku kepada gadis yang ia sayangi, tapi ntah kenapa ketika melihat gadis ini menangis, ia teringat sosok Alca.

Rafa memberanikan diri untuk mengelus rambut gadis itu. Berusaha untuk menenangkannya. Hanya itu yang bisa dirinya lakukan.

Maafin gue Ca...

***

INDONESIA, 19.00
"BYEE Alca," ucap Amel sambil melambaikan tangannya kearah Alca yang kini sudah berjalan pulang menuju rumahnya.

RafAlca (SEQUEL) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang