-Chapter 11-

1K 47 4
                                    

"Semua, kesedihan, penderitaan yang kamu alami, secara gak langsung, juga akan berdampak ke aku."

***

BEBERAPA jam yang lalu, sebelum Rafa sampai ke Indonesia dan sebelum ia berkunjung ke rumah Alca.

Sekitar lima menit yang lalu Rafa sampai di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta Selatan. Tepat pukul sepuluh malam, cowok itu sampai di rumahnya. Perjalanan dari bandara ke rumahnya tidak terlalu jauh, namun karena macet yang cukup parah, membuat waktunya terkuras habis.

Sampai di rumah, Rafa segera mengetuk pintu rumahnya dan membiarkan orang rumah membukakan pintu dan menyambut kedatangannya. Dan yang membukakan pintu untuk dirinya adalah Rina, bundanya.

"Ya ampun, Rafa kamu udah pulang, kok lama sih nyampe nya?" Tanya Rina setengah khawatir.

"Gak papa bunda, tadi di jalak macet, Rafa sampai Indonesia tadi jam delapan kok," jelas Rafa.

Rina mengangguk-angguk mengerti lalu menyuruh Rafa untuk masuk kedalam rumah. Abdy, Rana, dan Roni sudah berkumpul di ruang keluarga untuk menunggu laki-laki itu datang.

"Assalamualaikum," ujar Rafa.

Mendengar semua itu, ketiganya langsung menoleh kearah Rafa berdiri. "Walaikumsalam."

"Gimana perjalannya? Lancar aja kan?" Tanya Abdy basa-basi.

"Lancar Yah, Alhamdulillah," jawab Rafa.

"Lo udah makan belum, Raf?" Tanya Rana tiba-tiba.

"Hm? Udah," jawab Rafa.

Rana menganggukkan kepalanya mengerti. Roni yang berada di sampingnya pun mengerti apa yang ingin dikatakan oleh istrinya itu.

"Lo gak mau nemuin Alca, Raf?" tanya Roni, kakak iparnya kepada Rafa.

Rafa terlihat memikirkannya sebentar. Dan akhirnya memilih untuk mengganti bajunya lalu menyambar kunci mobil Abdy yang ada di meja makan.

"Mau kemana?" tanya Rina.

"Mau nemuin Alca," jawab Rafa sekenanya.

Cowok itu langsung melenggang pergi dari sana dengan langkah besar. Ia segera masuk kedalam mobil dan melajukan mobilnya menuju jalan raya.

Setelah selesai berkeliling untuk mencari makanan kesukaan Alca, barulah Rafa berbelok ke rumah Rana yang lama, yang sekarang ditempati oleh gadisnya itu.

Sampai disana, pintu rumah itu tertutup rapat, dan para tetangga juga sudah pada tutup pintu. Tidak heran jika mengingat sekarang sudah jam sebelas malam. Rafa mengetuk pintu yang ada di depannya itu. Tak lama, terdengar suara dari dalam yang bertanya siapa di luar.

Rafa tidak menjawab, lidahnya kelu, ia sangat merindukan suara itu. Dan, sampai Alca membuka pintu rumah tersebut, ia masih diam mematung di tempatnya berdiri. Sampai akhirnya Alca menangis tepat di hadapannya dan menghambur kedalam pelukannya.

"Hiks.. hiks..," isakan gadis itu terdengar lumayan nyaring.

Ditambah malam itu yang sunyi dan sudah tidak ada suara-suara keras yang menemani mereka berdua.

RafAlca (SEQUEL) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang