-Chapter 12-

1K 38 2
                                    

"Jangan ambil pusing, kasihan dirimu, nikmati saja alurnya dan biarkan orang berkata apa, jangan pedulikan, semua itu adalah prosesmu untuk sukses."

***

SUASANA kantin yang ramai, membuat Alca tidak betah berlama-lama disana. Ditambah lagi dengan bisikan-bisikan aneh dan menusuk yang masuk kedalam gendang telinganya tanpa henti.

"Lo gak makan, Ca?" tanya Vanila.

"Gak deh, lo aja. Gue masih kenyang," jawab Alca.

"Hm okey deh."

Saat sedang duduk bermain ponsel sambil menunggu gadis yang duduk di depannya ini selesai dengan makanannya, tiba-tiba dari atas kepalanya terlihat es jeruk terbang dan mendarat tepat diatas gadis itu.

"Aaaa!!!" pekiknya kaget karena rasa dingin dari minuman itu.

Vanila yang melihat itu pun terkejut setengah mati, tidak menyangka jika Alca akan disiram oleh kakak senior perempuan mereka. Vivita Leviranita. Bukan hanya Vanila, tetapi semua pengunjung kantin sangat terkejut dengan hal itu, bahkan Mbak Yuni, salah satu pedagang yang menjual empek-empek terenak di kampus itu pun terkejut bukan main.

"Ca lo gak papa?!" tanya Vanila khawatir.

Gadis itu langsung berjalan mendekati Alca yang menggigil karena es jeruk tadi. Alca menatap sinis kearah Vita yang sekarang berjalan mendekat kearahnya.

"Ups! Sorry baby, makanya jadi orang tuh jangan sok kecantikan! Anak dari sampah masyarakat aja gayanya selangit!!" sengit gadis berambut sebahu itu sambil melipat tangannya di depan dada.

Alca tetap diam, ia tak membalas sepatah kata pun dari yang diucapkan kakak seniornya ini.

"Gue peringatin sama lo, lebih baik lo cabut dari kampus ini. Karena apa? Karena nama baik kampus ini gak boleh tercemar dengan adanya anak koruptor yang kuliah disini!!!" pungkasnya dengan nada lantang.

"ATAS HAK APA LO NGOMONG BEGITU?!" tanya seseorang tak kalah nyaringnya setelah Vita mengatakan hal tadi.

Bukan, bukan Alca, melainkan sosok laki-laki yang berada di pintu masuk kantin. Tidak sendiri, ia bersama dengan beberapa temannya, dan disana, samar namun pasti, Alca bisa melihat Lizzi bergabung diantara tiga orang itu.

Mereka berempat berjalan mendekat ke tengah-tengah kerumuman orang. Mbak Reni, teman Mbak Yuni yang juga merupakan pedagang di kantin tersebut, menggelengkan kepalanya takjub dengan ketampanan Agra. Mbak Reni memang menyukai sosok Agra karena memiliki tampang diatas rata-rata. Ditambah lagi, usia mereka tidak jauh beda, hanya berjarak tiga tahun, tentunya Mbak Reni lebih tua tiga tahun dari Agra dan masih lajang, alias belum menikah.

"Masyaallah Yun, kasep pisan si Agra mah," takjub Mbak Reni saat melihat Agra mendekat bersama pasukannya.

Mbak Yuni hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa heran dengan perempuan di sebelahnya ini.

"Lo gak usah ikut campur urusan gue sama dia," ucap Vita.

"Oh ya? Urusan lo sama dia doang nih? Alca itu adek tingkat gue juga, jadi gue berhak dong sebagai seniornya ikut campur soal ini," telak Agra.

RafAlca (SEQUEL) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang