-Chapter 22-

784 51 10
                                    

"Seorang sahabat tidak akan pernah meninggalkanmu disaat kau sedang terpuruk."

***

SAMPAI di mall, keduanya segera turun dan masuk kedalam bangunan bertingkat-tingkat tersebut. Lizzi menggandeng tangan Alca agar gadis itu tidak kabur. Satu yang harus kalian tahu, Alca mempunyai kebiasaan suka kabur saat hatinya sedang kacau. Tempat yang biasa gadis itu kunjungi adalah toilet.

Lizzi sudah sangat hapal dengan gadis itu, hapal sekali karena mereka sudah saling mengenal begitu lama. Dua orang perempuan yang tidak akan pernah terpisahkan, aamiin.

"Liz, kita mau kemana dulu?" tanya Alca kepada gadis itu.

"Ke toko make up dulu gimana? Liptint gue habis," jawab Lizzi.

"Hm oke, tapi habis ini kita ke toko buku bentar ya, gue mau beli, mumpung ada bawa uang hehe," pinta Alca.

"Oke."

Sesampainya mereka di toko make up, keduanya segera masuk. Lizzi memilih liptint dengan brand yang sering ia gunakan. Setelah selesai membeli yang dia inginkan, mereka pun akhirnya keluar dan beralih ke toko buku. Di tengah perjalanan merek mengobrol-ngobrol seperti biasa.

"Berapaan harganya?" tanya Alca.

"Cuma lima puluh ribu doang," jawab Lizzi.

"Ohh gitu yak, punya gue lebih murah dari itu malah heheh," ucap Alca.

"Lo pakai yang warna apa?" tanya Lizzi.

"Oranye, cantik gitu warnanya Lizzi," jawab Alca.

"Brand-nya sama punya gue beda?" tanya Lizzi lagi.

"Beda, masih bagus punya lo kayaknya, soalnya punya gue cuma harga tiga puluh ribuan."

"Lo beli dimana? Murah banget."

"Di olshop langganan kak Rana, dia juga pakai itu."

"Ohh gitu." Lizzi mengangguk-angguk mengerti.

Tak lama, dari arah belakang mereka terdengar seseorang memanggil salah satu diantara mereka.

"Salsya," panggil seseorang dengan suara beratnya.

Keduanya berhenti di tempat dan segera menoleh kebelakang mereka. Seketika menoleh, kedua gadis itu menangkap seorang laki-laki yang mereka kenali. Itu Agra.

"Kak Agra? Ngapain?" tanya Alca.

"Nih, beliin adek gue kue, dia hari ini ulang tahun," jawab Agra sambil menunjukkan paper bag yang ia bawa.

"Oh gitu, yaudah kak kita duluan ya," ucap Alca.

"Okey," jawab Agra.

Alca dan Lizzi segera melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Hal itu sangat berbahaya, pasti stalker itu masih membuntutinya. Hal ini tidak bisa dibiarkan. Ia tidak boleh dekat-dekat lagi dengan Agra.

Agra yang melihat itupun merasa aneh dengan tingkah Alca, tapi yasudahlah, ia juga tidak mempunyai urusan dengan gadis itu. Agra memutuskan untuk segera pulang, adiknya pasti menunggu.

RafAlca (SEQUEL) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang