Memang pada dasarnya manusia itu berhati baik.
----o0o----
"Astagfirullah, cowok tadi ganteng banget, sumpah!" teriak Nitha yang membuat Rainka yang tengah menyisir rambutnya mendengus.
Bukan kali pertama gadis berponi itu memuji pemuda bernama Leeanka yang ditemuinya tadi siang. Entah dikemanakan sosok Riza yang dulu selalu di puja-pujinya.
"Kaya baru lihat bule aja. Bule berceceran di sini," celetuk Rainka.
Brak
Nitha menggebrak meja violet di depan Rainka, membuat beberapa make up dan parfum di sana tumbang.
"Gue kaget," ujar Rainka begitu polos.
"Hehehe ... Matanya itu ya, Allah. Meskipun dia itu sombong. Tapi gue suka!" teriak Nitha, lagi.
Lagi, Nitha berteriak tak tahu malu kemudian menjatuhkan tubuhnya di ranjang setelah berdansa ria dengan angin.
"Sinting!" gumam Rainka kemudian ikut berbaring di samping Nitha.
Rainka menatap lekat langit-langit kamar mengabaikan Nitha yang tak henti-hentinya membahas pemuda setengah bule bernama Leeanka.
Rainka mendengus sebal seraya menyelimuti dirinya sebatas dada.
Gadis itu bersiap tidur, tapi suara Nitha membuatnya mengurungkan niatnya itu.
"Kenapa sih Kak Riza nggak ngomong kalau dia punya sahabat se gans dia?"
"Emang ada untungnya Kak Riza ngomong sama lo?" tanya Rainka masih terfokus pada plafon putih di atasnya.
"Tidur lo Ran! Benci gue sama lo!"
Nitha mematikan semua lampu kamarnya. Rainka masih bergeming. Gadis itu tak bersuara sedikit pun, masih terjaga dalam gulitanya malam.
Pikirannya berkelana jauh mengingat kembali sebuah memori hidup yang tak pernah bisa hilang lukanya sama detik ini.
"Aku yang salah ...."
----o0o----
"Pagi Neng."
Rainka tersenyum menjawab Rica, Mama Nitha yang tengah menyiapkan sarapan di meja makan.
Orang-orang rumah atau pun orang-orang yang dekat dengannya terkadang memanggilnya Neng. Rainka tidak masalah dengan itu, toh di kota kelahirannya -Bandung- semua orang memanggilnya Neng.
"Kamu mau langsung berangkat kuliah?" tanya Rica menyadari Rainka tergesa-gesa.
"Iya. Nitha masih tidur, kuliah siang katanya. Rainka berangkatnya sama temen ya, Mah."
"Kenapa nggak bawa mobil aja? Kan, masih ada satu mobil ngaggur." Rica menawarkan mobilnya yang mengaggur di garasi, tetapi Rainka menolaknya.
Rainka menggeleng pelan sebelum kemudian dia menyalimi tangan Rica dan mencium pipi lembut wanita cantik itu.
"Sarapan dulu, Neng,"
"Rainka sarapan di kampus aja," tolak Rainka sopan.
"Jangan lupa sarapan ya," ujar Rica sembari mengelus rambut Rainka.
"Rainka pamit ya! Dadah Mama!" Melambaikan tangan, Rainka berlalu pergi untuk menemui temannya yang sudah menunggu di luar.
Nitha bukan hanya sahabatnya, malaikat saudara seatap sejak Rainka berkuliah di ibu kota.

KAMU SEDANG MEMBACA
LEEANKA | COMPLETED
Teen FictionFRSA#1 LEEANKA Ketika Ikhlas yang tak kunjung datang. Celakanya, yang datang dia yang mencoba diikhlaskan. Hatinya memang tidak kembali bergetar saat mata yang dulu menyakitinya datang dan menatapnya dengan tatapan yang tak pernah berubah. Perasaan...