Assalamualaikum, Hallo-hallo Hay!!!
Apa kabar kalian?
----o0o----
"Waktu itu .... Ama ditabrak lari. Dan itu alasan kenapa aku nggak datang."
Leeanka setia. Mendengarkan suara dari hadapannya, meski matanya enggan menatap mata berkaca-kaca milik Rainka. Fokusnya tertuju pada sebuah pohon yang terlihat sama saja walau sudah lebih dari tujuh tahun tak bersua.
"Ama kritis. Dan Abah .... Abah jual sebelah ginjalnya buat biaya pengobatan Ama." Satu tangis lolos beserta isakannya. Namun Leeanka tidak ada iba sedikit pun melihat sahabat kecilnya meneteskan air mata dengan luka yang ketara sekali teramat lara.
"Seminggu berlalu, aku ketakutan. Takut Ama pergi tinggalin aku. Dan iya, itu terjadi. Ama pergi tinggalin aku selama-lamanya." Bibir Rainka bergetar. Hatinya lemah jika sudah membahas keterpurukan lalu. Seperti ada jarum yang menusuk-nusuk matanya sampai-sampai air mata itu terus lolos dengan derasnya.
"Aku ... Aku sedih. Aku kehilangan duniaku, Leeanka." Tubuh Rainka terguncang hebat. Tangisnya yang mencoba ditahan menciptakan sebuah rintihan memilukan hingga Leeanka tersentuh dan meminjamkan lengan kekarnya sebagai penyangga.
Rainka sesenggukan. Tidak kuat melanjutkan kisah kelamnya. Gadis itu bersandar, mencari tempat ternyaman untuk menyuarakan duka lalu yang seakan tidak ada habisnya.
"Ama nya Ara pergi. Jauh sekali. Tinggalin Ara, Abah, dan kamu yang ingin Ama kenal." Mencoba menguatkan hati. Rainka kembali bersuara. "Ara terpuruk, kehilangan, dan seperti tidak ada jalan. Dulu aku selalu bilang kalau semuanya akan baik-baik saja. Tapi saat kehilangan Ama, semua yang selalu aku yakinkan itu direnggut paksa tanpa aba-aba. Aku jatuh sejatuh-jatuhnya."
" ... Sebulan berlalu. Aku pindah. Ke rumah Nini yang jauh di dalam desa. Alasan aku nggak ngasih tahu kamu, karena aku takut kamu sedih. Aku nggak mau berbagi duka sama kamu. Saat itu, aku hanya ingin menjadi penghibur buat kamu. Tapi pada saat yang bersamaan, aku sendiri jatuh. Aku berpikir, aku nggak bisa lagi buat kamu ketawa, aku nggak bisa lagi bahagia bersama-sama sama kamu. Dan aku pikir, aku hanya akan merepotkan kamu dengan semua duka. Aku ... Aku memilih pergi jauh. Coba lupain kamu. Mencoba hidup yang baru."
"Aku tahu itu konyol. Tapi saat itu aku masih gadis kelas satu SMP yang kehilangan sosok ibu. Aku nggak tahu harus apa. Terlebih, Abah cuma punya satu ginjal. Abah nggak bisa kerja berat lagi kayak dulu. Sedangkan kita butuh makan dan minum untuk hidup."
Rainka mengusap air matanya. Tatapnya beralih menerawang kerasnya hidup di masa lalu. "Aku kerja. Apa pun itu yang aku bisa. Aku bantuin Abah. Aku kerja buat sekolahku. Buat mengurangi beban Abah." Satu tarikan napas panjang Rainka disertai hembusan setelahnya. "Dan saat itu, aku rindu kamu. Sangat merindukanmu. Aku sadar nggak bisa lupain kamu. Kalau ada kesempatan, aku menyempatkan diri mengunjungi tempat biasa kita berdua. Dan seringkali, aku temui kamu sedang merenung. Seperti biasa, kamu menatap langit dengan seksama."
Leeanka ikut menerawang. Kisah lalu itu begitu memilukan. Setiap harinya dihantui tanya tentang Ara. Kisah misteri yang selalu dia bagi dengan sang cakrawala. Dulu ... Ketika setiap harinya dia selalu rindu sosok Ara.
"Ara sembunyi di balik pohon. Menemani kamu yang terkadang menangis sendirian. Ara ingin menemui kamu, menghibur kamu, dan bermain bersama kamu. Tapi Ara sadar, sejak kepergian Ama, kehidupanku berbeda. Aku dituntut dewasa sampai aku harus meninggalkan cinta pertama ku yang sama-sama sedang terluka. Maaf, tapi jalan itu yang aku pilih. Maaf nggak ngasih penjelasan. Maaf pergi tanpa perpisahan. Maaf membuat kamu menunggu dan menangis. Maaf membuat kamu kecewa. Maaf membuat kamu merasa sendirian. Maaf, maafkan aku Leeanka."

KAMU SEDANG MEMBACA
LEEANKA | COMPLETED
Fiksi RemajaFRSA#1 LEEANKA Ketika Ikhlas yang tak kunjung datang. Celakanya, yang datang dia yang mencoba diikhlaskan. Hatinya memang tidak kembali bergetar saat mata yang dulu menyakitinya datang dan menatapnya dengan tatapan yang tak pernah berubah. Perasaan...