FRSA#1 LEEANKA
Ketika Ikhlas yang tak kunjung datang. Celakanya, yang datang dia yang mencoba diikhlaskan.
Hatinya memang tidak kembali bergetar saat mata yang dulu menyakitinya datang dan menatapnya dengan tatapan yang tak pernah berubah. Perasaan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Melihatmu begitu mencintaiku, membuatku merasa berat akan itu.
Kaysa Kirana Aribi
----o0o----
"Anak-anak gadis Mama lagi ngomongin apa sih? Serius banget."
Rica yang baru saja keluar dari kamarnya penasaran dengan apa yang tengah Rainka dan Nitha bicarakan di ruang keluarga. Alhasil dia ikut nimbrung bersama para gadis itu.
Siapa tahu dia dapat muda lagi.
Rica sempat mendengus melihat kelakuan Nitha yang makan sambil tertidur di sofa. Posisi gadis itu sungguh tidak elit.
Tidak ada gunanya menegur anak itu.
Rica lebih memilih duduk di samping anak gadis satunya yang fokus memakan camilan dengan wajah polosnya.
"Ngomongin apa, kok Anina dibawa-bawa?" tanya Rica lagi seraya menyemol camilan yang Rainka peluk toplesnya.
"Kak Yasa, pacarnya Nina ke tusuk pisau beberapa hari lalu," jawab Rainka lalu memasukan camilan itu ke dalam mulutnya lagi.
"Astagfirullah. Nggak apa-apa?" Rica jelas kaget dengan kabar itu.
"Ya luka lah. Namanya juga ke tusuk. Gimana sih?" Nitha menjawab vdengan nada ngegas nya.
"Gini nih, contoh nyata Ibu-ibu kurang belaian."
Buk
Bantal mendarat di wajah cantik Nitha.
"Ih Mama! Sakit," rajuk Nitha sambil mengelus wajahnya dengan kasar.
"Makanya yang alim kalo ngomong sama orang tua. Jangan pake urat," desis Rica.
Rainka tertawa kecil melihat pertengkaran ibu dan anak itu. Dia sudah biasa melihat Nitha dan Mamanya seperti itu. Wajar, Rica masih muda jadinya masih bersarang jiwa-jiwa ABG nya.
"Gimana ceritanya bisa ke tusuk kayak gitu? Tawuran? Atau karena cewek?"
"Panjang ceritanya," jawab Rainka yang dijawab dengusan oleh Rica.
"Ibundaku mau tau aja," celetuk Nitha yang mana itu membuat dia mendapat pelototan dari Rica.
"Abah kamu telpon tadi siang, Neng," ujar Rica dengan tangan yang sudah membelai surai hitam milik Rainka dengan lembut. Menyalurkan kasih sayang seorang ibu yang selama ini Rainka rindukan.
"Iya. Udah telpon Neng, kok," jawab Rainka dengan senyumannya.
"Kamu nggak mau pulang? Jengukin Abah kamu?" tanya Rica.
"Nanti Neng usahain deh. Kangen banget sama Abah," jawab Rainka.
Abah adalah Ayah Rainka. Beliau ada di Bandung. Sesekali beliau menelpon putri tersayangnya untuk memastikan kabarnya atau juga sebaliknya.