"Siang, Kak."
"Siang, Kak."
Banyak mahasiswa yang menyapa Leeanka. Menunduk ramah layaknya perlakuan mereka pada seorang dosen. Berbeda dengan satu tahun lalu, kali ini mata-mata penuh pengharapan yang dulu ada di manik gadis-gadis yang dilewatinya, pupus sudah. Sebab seluruh dunia tahu jika dirinya sudah memiliki seseorang di sisi.
Oh ayolah! Pamor keluarga Fransea yang ditunjang juga dengan pamor Leeanka di dunia musik. Pastilah berita tentang lamaran sederhana yang Leeanka lakukan beberapa minggu kemarin sudah menyebar luas membuat heboh jagat raya. Padahal hanya kedatangannya beserta keluarga ke Bandung untuk melamar Rainka, namun beritanya sudah seperti pernikahan akbar.
Bukan maksud Leeanka sesumbar kebahagiaan. Dia hanya tidak menutupinya serapat hubungannya dengan Kirana. Tidak memaksa orang lain tahu, pun tidak memaksa menutupinya dari dunia. Toh pihak Rainka juga baik-baik saja jika dirinya terekspos. Itu sudah resiko masuk lingkaran atas.
"Kak Leeanka!" Nitha berlari cepat menyusul langkah lebar Leeanka. "Kakak lihat Rainka, nggak?" tanya Nitha.
Leeanka menggeleng. Benar. Tujuan utamanya ke kampus Rainka bukan untuk menemui atau menjemput gadis itu. Dia hanya punya sedikit urusan yang untungnya berjalan cepat persis perkiraan. Bahkan ketika tadi melewati fasilitas Rainka, dia tidak menemukan batang hidung gadis itu. Padahal dulu, dia hampir selalu mendapati Rainka cengengesan bersama segerombolan teman-temannya. Entah itu laki-laki atau pun perempuan. Rainka terlihat begitu akrab dengan banyak orang.
"Ke mana sih, tuh bocah. Katanya sebelum pulang nemuin gue dulu. Gue ke kelasnya juga kosong. Kata temen-temennya Rainka udah pulang duluan. Buru-buru."
"Ditelpon."
"Udah Kak. Nggak aktif."
"Mungkin tidur di rumah." Berguru ketenangan sebaiknya pada seorang Leeanka. Jika mendapat julukan, mungkin master sudah pemuda itu dapatkan sebab dirinya selalu bisa setenang itu meski telinganya dengan jelas mendengar jika calon istrinya menghilang. Tidak ada takut kalau saja pengantin wanitanya hilang. Leeanka sangat-sangat tenang.
"Masalahnya barang-barang belanjaannya ada sama gue. Gue masih banyak kelas. Jadi-" Nitha memberi jeda. Sedetik kemudian menyodorkan dua paper bag yang di tentengnya. "Gue titip Kakak aja deh."
"I'm so busy. Hari ini gue nggak ada janji ketemu dia. Sorry."
"Kalau cowok normal, pasti ini dijadikan kesempatan buat ketemu calon istri. Kakak nggak ada niatan gitu? Biar bisa berduaan sama calon istri?"
Leeanka menghela napas. "Sini. Saya bawa pulang ke rumah kamu."
"Tapi di rumah nggak ada orang. Mereka sibuk nyiapin pernikahan kalian. Rumah kosong."
"Nanti saya cari Rainka."
"Yap! Seperti yang Nitha inginkan." Nitha segera menyerahkan dua paper bag itu. Leeanka menerimanya. "Jangan dibuka Kak. Rahasia tauk! Nanti Rainka marah."
"Iya. Saya duluan."
"Okay! Dadah calon ipar!" Leeanka kembali melanjutkan langkah menuju parkiran. Hari ini dia harus melakukan banyak hal mempersiapkan hari pernikahannya. Leeanka menyimpan barang-barang belanjaan Rainka ke dalam bagasi. Dalam pikiran, Leeanka bingung untuk apa Rainka belanja sampai dua plastik sekaligus. Seharusnya gadis itu mengatakan sesuatu jika ingin sesuatu.
"Kamu lama. Ayo pulang." Jika Leeanka punya riwayat jantung, pastilah dia akan seketika terkapar mati melihat seonggok manusia duduk anteng di dalam mobilnya. Gadis yang Nitha uber-uber tenyata asik duduk di samping kemudi.
![](https://img.wattpad.com/cover/222892281-288-k9484.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LEEANKA | COMPLETED
Novela JuvenilFRSA#1 LEEANKA Ketika Ikhlas yang tak kunjung datang. Celakanya, yang datang dia yang mencoba diikhlaskan. Hatinya memang tidak kembali bergetar saat mata yang dulu menyakitinya datang dan menatapnya dengan tatapan yang tak pernah berubah. Perasaan...