"Thanks Ran, lo sahabat gue yang terbaik." Rainka menghambur memeluk Iman. Begitu erat, bahkan ia sampai menggoyang-goyangkan tubuh yang tengah dipeluknya itu ke kanan dan ke kiri dengan penuh semangat. Gadis itu tidak peduli dengan keadaan sekitar yang cukup ramai.
"Sama-sama Sultan ku," balas Rainka ketika Iman mengurai pelukannya.
"Sumpeg gue. Lo meluk atau mau bunuh gue?!" Iman melangkah mundur.
Rainka mengelus dadanya sembari menggelengkan kepalanya. "Nggak ada sakit hatinya gitu lo baru putus?"
"Ada, tapi biasa aja secara kan masih banyak yang mau jadi pacar gue," jawab Iman membanggakan diri.
"Sombong banget kamu."
"Lo sama Nitha juga boleh."
"Amit-amit," kompak Rainka dan Nitha.
"Gue nggak bakalan nelangsa putus dari cewek yang udah bohongi gue. Gue malah bersyukur."
Mendengar jawaban Iman, Rainka hendak menubruk tubuh Iman untuk di peluknya lagi, tapi Iman malah menjauh.
"Udahan, ah! Mending pulang," tolak Iman tegas. Rainka mendengus. Bibirnya mengerucut tak terima pelukannya ditolak.
"Udah Ran, jangan kayak anak kecil. Kebiasaan lo," sindir Nitha.
Rainka menatap Nitha, begitu pula Iman.
"Cieeee cemburu," goda Rainka. Ia menyenggol-nyenggol lengan Nitha menggoda cewek itu. "Iman! Nitha juga mau dipeluk. Lo harus ingat juga Nitha orang pertama yang ngomong masalah Ratu," heboh Rainka.
"Apaan sih? Enemy kita," tolak Nitha. Ia melemparkan tatapan kebencian kepada Iman. Kedua tangannya ia lipat di depan dada.
"Baikan dong ..., " pinta Rainka dengan nada memohonnya. Iman sendiri menahan tawa melihat Rainka yang begitu lugu.
"Dia yang minta maaf ke gue!" Nitha membuang pandangannya dari Iman.
"Iman .... " Rainka berjalan mendekati Iman. Menatap Iman memohon. "Lo tahu kan gue nggak bisa lihat kalian musuhan. Mending kalian adu argumen sampai keluar ludah atau teriak-teriak dari pada kalian nggak saling ngomong sama sekali," mohon Rainka sungguh-sungguh.
"Dua hari kalian diem-dieman, nggak bosen apa?"
"Buat apa gue minta maaf?" Sengaja Iman mengerjai Rainka. Sungguh, hiburan tersendiri melihat Rainka yang begitu lugu. Sudah lama ia tak melihat betapa lugunya gadis di depannya ini.
"Lo kan salah! Kemarin lo bentak dia. Marah-marah. Teriak-teriak. Ngatain dia singa. Gue aduin loh, Man," ancam Rainka.
Iman masih bergeming, menatap Rainka dengan wajah datarnya. "Nith-Nith! Kemarin Iman ngatain -"
"Maaf Nitha .... " Rainka memutar pandangannya. Menatap Iman yang sudah ada di depan Nitha. Entah sejak kapan Iman beranjak, Rainka sampai sulit mencerna itu.
"Nith-Nith," panggil Iman kala Nitha masih tak mau menatapnya.
"Nama gue Nitha!" bentak Nitha tak terima.
"Dipanggil Nitha nggak nengok. Giliran dipanggil Nith-Nith nggak terima. Mau lo apaan sih?"
"Ikhlas nggak sih lo minta maaf?" bentak Nitha.
"Ikhlas. Gue minta maaf lahir batin sama lo. Manusia kayak gue ini emang tempatnya dosa."
"Tuh tahu."
"Di maafin nggak, nih?"
"Oke." Nitha langsung memeluk Iman. Mendekapnya dengan erat. Rainka tersenyum, hatinya menghangat melihat kedua sahabatnya kembali saling menyayangi.

KAMU SEDANG MEMBACA
LEEANKA | COMPLETED
Teen FictionFRSA#1 LEEANKA Ketika Ikhlas yang tak kunjung datang. Celakanya, yang datang dia yang mencoba diikhlaskan. Hatinya memang tidak kembali bergetar saat mata yang dulu menyakitinya datang dan menatapnya dengan tatapan yang tak pernah berubah. Perasaan...