19 (Bunda)

52 4 3
                                        

Tepat di depan pintu sebuah apartemen, Leeanka menghela napasnya lemah. Pemuda itu memantapkan hatinya untuk membunyikan bel agar pemiliknya membukakan pintu.

Untuk pertama kalinya setelah dia pulang dari Madrid dia mengunjungi pemilik apartemen besar ini. Leeanka gugup.

"Siapa?" tanya seorang dari interkom ketika Leeanka membunyikan bel nya.

"Leeanka." Tak lama pintu terbuka. Ada seorang wanita paruh baya di sana, menatap Leeanka tanpa ekspresi.

Wanita cantik itu mempersilahkan Leeanka masuk lalu menutup pintu dan berjalan mendahului Leeanka.

"Duduk," titahnya. Ketika akan berlalu pergi, Leeanka menarik tangan wanita dengan rambut panjangnya itu lalu memeluknya begitu erat.

"Bunda ... aku merindukanmu," kata Leeanka di pelukan Rheni, Bundanya.

Kedua tangan Rheni hendak membalas pelukan putranya, tapi niat itu urung seketika. Rheni malah melepaskan pelukan itu.

"Kamu duduk. Bunda tidurin Vanya dulu. Kalian pulangnya nanti malam," kata Rheni dengan nada tegasnya.

Rheni berjalan menjauh menuju kamarnya. Dia meninggalkan Leeanka yang menatapanya penuh harapan.

Rheni pergi tanpa membalas ucapan rindunya terlebih dahulu.

Leeanka rindu. Rindu kasih sayang Bundanya.

Kaki Leeanka berjalan mengekori Rheni. Tapi ia memilih berhenti di depan pintu kamar Rheni yang terbuka lebar.

Leeanka tersenyum memandang bundanya yang tengah membacakan dongeng untuk Vanya. Rheni terlihat penuh kasih sayang, berbeda saat menatapnya tadi.

Jujur, Leeanka merindukan sosok bundanya dulu. Leeanka rindu keluarganya.

Saat tatapan Leeanka dan Rheni tak sengaja bertemu, Leeanka tersenyum tapi Rheni mengalihkan tatapannya tanpa membalas senyuman Leeanka.

Leeanka mengembuskan napas lemah. Hatinya perih menerima itu.

Leeanka memilih menunggu di ruang TV. Dia memilih merenungi hidupnya, lagi.

Lagi, helaan napasnya yang pelan terdengar. Pikiran Leeanka melayang jauh. Kembali mengingat kejadian sebelas tahun lalu yang sudah merenggut keluarganya. Kejadian itu membuatnya kehilangan semuanya.

Adik, Ayah, dan Bundanya. Leeanka kehilangan semuanya dalam sekejap.
Mulai saat itu ia tak lagi merasakan hangatnya sebuah keluarga. Bagaimana kasih sayang kedua orang tuanya. Dan bagaimana pula cara untuk menghargai hidup. Dia tidak tahu lagi harus apa.

Sampai ada yang datang dan membuatnya kembali menghargai hidup. Membuatnya merasakan kasih sayang. Membuatnya merasa begitu bahagia. Tapi semuanya kembali hilang. Bahagia itu hanya untuk sekejap. Dia ... orang yang sempat menjadi dunia untuk Leeanka memilih pergi. Pergi karena sebuah alasan yang tidak pernah Leeanka tahu hingga detik ini.

Dan sejak kepergian bahagia itu, delapan tahun yang lalu. Seorang Leeanka Rheinazie Fransea benar-benar lupa caranya menghargai hidup. Leeanka benar-benar hidup, tetapi berhati mati.

"Jangan terus-terusan merenungi hidup kalau kamu belum bisa memperbaiki semuanya." Rheni datang, dan memilih duduk di hadapan Leeanka.

"Kenapa tidak diperbaiki bersama?"

"Kamu bisa membuat anak gadis saya hidup lagi?"

Deg

Lagi, hatinya terasa begitu perih.
Leeanka sebisa mungkin menahan rasa sakitnya. Dia tak boleh lepas kendali, wanita cantik di hadapannya itu adalah bundanya, wanita yang akan selalu dia cintai.

LEEANKA | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang