47 (Mama Kirana always be your mother)

36 5 5
                                    

"Kalian main-mainnya bikin aku nangis, tauk!" Claretta tidak henti-hentinya tertawa mendengar protes polos dari Rainka. Ternyata benar yang Riza kata selama ini. Rainka begitu polos. Menggemaskan.

Sekitar 3 hari yang lalu Claretta mengajaknya bertemu, tepat setelah kejadian di JPO. Pertemuan itu pula yang membuat canggung antara ia dan Leeanka sirna. Leeanka langsung menjemputnya dari kampus. Secara otomatis bisik-bisik mahasiswa mendengung mengira-ngira hubungannya dan Leeanka. Apalagi selang satu tahun kematian kekasih Leeanka. Pastilah banyak yang berspekulasi bahwa ia menjadi pengganti Kirana.

Gadis itu sempat meneteskan air mata ketika ia mendengarkan cerita rinci tentang apa yang terjadi selama satu tahun ini. Claretta, Leeanka. Semua yang keluar dari mulut keduanya membuat perasaan Rainka campur aduk.

Sekarang setelah 1 minggu Rainka mencerna semuanya, ia baru ngeh dengan gelagat Leeanka di JPO seminggu yang lalu. Pemuda itu ketara sekali mengekpresikan perasaannya. Membahas tentang hati. Dengan rengkuhan lembut, Leeanka menariknya dalam dimensi cinta. Senja sore itu begitu sinkron dengan hatinya yang merona indah.

Dan ya ..., satu minggu berlalu setelah pertemuan sesak itu. 3 hari berlalu setelah penjelas rangkap pengakuan. Sekarang Rainka tidak sungkan-sungkan memberikan kasih sayang. Tanpa diungkapkan pun, Rainka tahu Leeanka pasti merasakan cintanya. Sebaliknya, ia juga tahu Leeanka balik mengasihinya.

Waktu pintar sekali merubah segalanya.

"Sekarang kamu senang, kan?" tanya Claretta seraya mengusap air dari ujung matanya. Demi apa pun, ia benar-benar terhibur melihat Rainka memberenggut. Padahal harusnya ia merasa bersalah setelah menjelaskan semua permainannya bersama Leeanka. Melihat reaksi Rainka yang menggemaskan membuatnya puas setengah mati.

Harusnya kedatangan tamu disambut hormat. Lain lagi dengan Claretta yang masih saja membahas kejadian 3 hari lalu.

Rainka melirik Leeanka di sebelahnya. Pemuda yang sejak tadi fokus dengan sup buatan Bundanya menoleh merasa ditatap. "Apa?" tanya Leeanka. "Mau?" Leeanka menyodorkan sesendok sup yang bersiap masuk di mulutnya. Rainka mengangguk, otomatis Leeanka menyuapkan sesendok sup itu ke mulut Rainka.

"Aduh. Udah makan satu sendok barengan. Gemes, Bunda." Rheni menuangkan air untuk Leeanka. Lalu duduk di samping Claretta, tepat di seberang Leeanka dan Rainka. Dibatasi meja kayu besar nan panjang.

"Iya nih, Bunda. Mereka tidak sopan. Padahal ada aku di sini." Claretta menekuk muka menciptakan tawa kecil dari bibir Rainka. Walaupun usia Claretta di atasnya tetap saja Claretta bersikap layaknya seorang adik kecil.

"Kamu juga mau?" kat Leeanka menawarkan.

"Tidak. Bekas kalian." Tolakan itu menciptakan dengusan dari Leeanka. "Udah. Aku ke kamar dulu. Mau tidur siang." Claretta berlalu pergi meninggalkan Rheni yang menatap putranya dan seorang gadis duduk bersisian dengan penuh kasih.

Rheni bahkan lupa kapan terakhir ia melihat putranya menatap gadis dengan penuh cinta. Ketika Leeanka bersama Kirana ia bahkan tidak ingin hanya sekadar duduk untuk berbincang singkat. Selalu menghindar setiap kali Kirana mengajak menghabiskan waktu bertiga. Padahal itu lah kesempatan melihat putra yang dulu hanya mencintainya sudah tumbuh dan terpikat dengan seorang gadis. Nahas, ia tidak ada di saat-saat itu. Putranya sendirian melewati masa remajanya. Dan ia menyesal bersikap bodoh.

Dia bahkan tidak tahu kapan tepatnya putranya merasakan jatuh cinta untuk pertama kali. Yang seharusnya ia menjadi teman terbaik di kala putranya tumbuh, tapi yang ia lakukan menghindar menolak jumpa walau hanya untuk sekedar bertatap. Sungguh. Tidak ada seorang ibu di dunia yang membenci anaknya sendiri. Sebesar apa pun kemarahan dalam batin, ia tidak pernah bisa untuk mencampakkan putranya. Meski tanpa Leeanka ketahui, ia jamin dirinya tahu setiap kegiatan yang putranya lakukan, karena dirinya selalu bertanya pada Pak Harto-sopir Leeanka-

LEEANKA | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang