15 (Tiang Listrik 1)

67 6 3
                                    

"Nin, kak Yasa uring-uringan nyariin lo.  Masih mau sembunyi?"

"Kita udah baikan kok," jawab Anina membuat Nathaline yang tadi bertanya berdecak sebal.

"Kenapa sih sama kalian? Tiba-tiba ribut, tiba-tiba baikan, awas aja bakalan ribut lagi, nih!"

Rainka yang tengah meminum es jeruknya terpaksa menyimpan minuman masam itu jauh dari jangkauannya. Kedua tangannya dia lipat di atas meja kantin kemudian dijadikan penopang dagunya. Mata hitamnya memincing melihat kedua sahabatnya sedang serius mengobrol.

Anina dan Nathaline tampak sangat akrab duduk bersebelahan. Padahal biasanya Nathaline tidak akan cocok dengan Anina dan selalu meledek Anina.

"Kok gue nggak diajak ngomong?" tanya Rainka dengan polosnya. Kedua sahabatnya itu menoleh. Senyuman Anina yang membalasnya dan cibiran Nathaline setelahnya.

"Kamu tadi lagi kencan sama cinta kamu," jawab Anina selalu dengan nada lembutnya.

Jangan tanyakan kencan dengan siapa. Es jeruk. Itu adalah cinta untuk Rainka. Jadi bukan hal asing lagi jika Rainka sedang minum es jeruk dia akan melupakan sekitar. Seperti seorang gadis yang diajak kencan oleh cinta pertamanya.

"Aku udahan kok, kencannya. Mau diajak ngobrol." Tanpa Rainka sadari sikapnya yang kelewat polos dan manis itu membuat beberapa mahasiswa yang ada di kantin gemas sendiri. Banyak pula yang repot-repot menggerutu tidak suka.

"Rainka. Jadi pacar gue, mau?"
Baik Rainka, Anina, dan Nathaline terkejut dengan ajakan itu. Mereka memusatkan perhatian mereka ke arah pemuda yang tiba-tiba duduk di sebelah Rainka yang kosong.

Rainka hanya mengerjap masih di posisi yang sama. "Jadi pacar gue, ya?" tanya pemuda itu lagi.

Rainka malah tersenyum. Dia ingat siapa orang yang itu. Pemuda itu adalah teman sekelas Iman yang seminggu lalu menggodanya. Ya, cowok tampan berbadan atletis yang Rainka temui di depan kelas Iman tempo hari.

"Udah beneran suka sama gue?" tanya Rainka.

"Udah. Jadi cewek gue?"

"Siapa nama lo?" Rainka menegakan tubuhnya, menatap pemuda itu.

Melongo. Nathaline, Anina dan cowok itu melongo dengan pertanyaan Rainka. Bagaimana bisa Rainka tidak tahu nama pemuda yang mengajaknya pacaran? Padahal dua tahun sudah dia kuliah di sini.

"Gue Ageng," jawab Ageng disertai senyumannya.

"Orang Sunda ya? Namanya bagus, artinya laki-laki yang gagah. Gue suka," ujar Rainka.

"Iya gue Sunda." Ageng tersenyum. Sorot matanya begitu dalam menatap mata Rainka.

"Kita sama-sama Sunda, siapa tahu jodoh?" tanya Ageng dengan nada menggoda.

"Sa ae lo!" Sahut orang yang tidak sengaja lewat.

"Hehehehe .... Gue sukanya sama nama lo aja, tapi nggak sama lo. Hampura," tolak Rainka disertai cengirannnya.

"Ran ...."

"Kita bisa berteman."

"Gue nggak bercanda Ran-"

"UDAH SANA PERGI! OUT!" Siapa lagi jika bukan seorang Nathaline Ari Aryawan yang berteriak senyaring itu?

"Kalau udah suka bilang, Ran." Selepas Ageng pergi, Rainka hanya bisa tersenyum memandang punggungnya yang keluar dari kantin.

"Kalau nolak cowok itu yang tegas!" ujar Nathaline, "Hehehe, gue nggak suka sama lo. Hampura," tiru Nathaline.

Rainka hanya bisa mencibir melihat Nathaline menirukan gaya bicaranya, tetapi jauh lebih darinya. Sungguh, dia tidak seperti itu.

LEEANKA | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang