Bila kebahagiaan yang menyertai, waktu terasa begitu cepat berlalu. Tapi untuk mereka yang ditemani duka, waktu seakan berjalan begitu lambat.
Dan opsi kedua adalah apa yang sedang melanda Rainka. Dia ..., si gadis yang melewati satu tahunnya dengan ditemani kehampaan yang membuat hari-harinya terasa lambat berjalan.
Satu tahun sudah hidupnya berjalan setelah perpisahannya dengan sang pemilik rindu. Satu tahun sudah rindu kerap datang mengekang. Satu tahun sudah dia belajar mencinta namun pada akhirnya ditampar realita.
Setiap embusan napas ada sejuta rindu yang menguar. Rainka merindukan cinta pertamanya. Teramat rindu. Hari-harinya kembali seperti kehampaan lalu, ketika dirinya dan Leeanka dipisahkan tujuh tahun lebih lamanya. Dan satu tahun ini juga sama, bahkan mungkin kehampaan itu lebih menyakitkan dari perpisahan.
Terkahir Rainka mendengar kabar Leeanka, sekitar satu tahun lalu tepatnya ketika acara wisuda pemuda itu. Kata Riza, Leeanka begitu baik dan paling membahagiakan pemuda itu masuk ke dalam jajaran mahasiswa lulusan terbaik di kampusnya. Itu kabar terakhir yang ia dengar. Selebihnya, tidak pernah terdengar lagi kabar Leeanka. Dan kesempatan Rainka untuk menanyakannya pada Riza sudah tidak lagi ada, karena Riza sudah lulus dan otomatis tidak lagi terlihat di kampus.
Ada kesedihan ketika mengingat satu tahun itu. Dalam harapannya, Leeanka mengirimkan salam atau pun kalimat menanyakan kabar, namun Leeanka sama sekali tidak menitipkan itu untuknya. Bahkan kata Kinan, ada seorang gadis manis yang menemaninya wisuda. Ada pasangan yang dia genggam bersama toga kelulusan. Entah siapa itu, karena Rainka memilih untuk tidak mengulik itu. Itu semata-mata untuk menghindari hatinya dari luka.
"Mungkin kamu sudah bahagia Leeanka ...."
Itu yang selalu dia ucapkan dalam kesendirian. Hanya ditemani langit dan keindahannya tak lupa juga angin malam dengan sapuan lembutnya.
"Ini Neng, es jeruknya."
Kang Karda menyadarkan Rainka dari lamunannya. Rainka memaksakan senyum dan dibalas penjual sate itu dengan senyuman pula.
"Ini sate buat Neng Rainka. Gratis dari Akang." Kang Karda menyodorkan sepiring sate beraroma harum di hadapan Rainka. Dan Rainka hanya bisa menerimanya walau sebenarnya dia sedang tidak ingin sate.
"Gimana Neng, satenya?" tanya Kang Karda.
"Masih enak dong, Kang! Nggak salah Leeanka bantu tukang sate kelas chef seperti Akang. Terbukti kan? Kedai satenya selalu ramai bahkan saat malam seperti ini."
Penjual sate itu mengagguk. Benar yang gadis di hadapannya ini katakan, budi dari Leeanka begitu besar hingga mengantarkannya sampai di titik ini. Entah apa jadinya jika pemuda itu tidak memberikan kios ini untuknya, mungkin saja di tengah hujan dia masih berkeliling menjajakan satenya.
"Akang sangat berterima kasih sama Tuan Muda. Kalau bukan karena dia, mungkin saat hujan seperti ini saya masih keliling jualan sate."
"Cara membalasnya, Akang cuma harus lebih sukses dari ini. Supaya anak Akang, Ashoka bisa jadi anak yang berkecukupan dan berbudi baik kayak Leeanka. Bahkan lebih baik dari Leeanka."
"Iya Neng. Akang akan berusaha supaya lebih sukses lagi. Supaya anak Akang Asoka, tidak hidup kesusahan."
"Nah gitu dong! Neng seneng dengarnya."
"Omong-omong Tuan Muda tidak pernah berkunjung lagi ke sini. Kira-kira kapan dia pulang ke Indonesia?" tanya Kang Karda. Dia tahu Leeanka ada di Spanyol selama satu tahun terkahir, karena pemuda itu sempat pamit padanya.
"Neng juga nggak tahu Kang. Tapi Leeanka pasti pulang kok, di sini kan rumahnya." Rainka sendiri tidak yakin dengan perkataannya itu. Tapi setidaknya itu yang selalu dia yakini. Walau tidak untuk kembali, tapi setidaknya sosok itu datang agar rindunya tersampaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEEANKA | COMPLETED
Teen FictionFRSA#1 LEEANKA Ketika Ikhlas yang tak kunjung datang. Celakanya, yang datang dia yang mencoba diikhlaskan. Hatinya memang tidak kembali bergetar saat mata yang dulu menyakitinya datang dan menatapnya dengan tatapan yang tak pernah berubah. Perasaan...