Semilir angin sore membuat rambut panjang nan coklat milik Kirana berterbangan tertiup angin. Empunya memejamkan mata menikmati hidupnya yang terasa begitu singkat.
Senyuman manis tak pernah hilang dari bibir indahnya. Wajah putihnya bertambah bercahaya ketika matahari senja menyorotnya.
Walaupun seharian dia berkeliling Jakarta, tapi dia tidak merasa lelah sedikit pun karena di sampingnya ada dua manusia yang sangat dia cintai.
Leeanka dan Vanya.
Kirana bahagia bisa menghabiskan waktu bersama mereka. Rasanya kerinduan satu minggu ini terobati dengan cepat. Satu minggu tidak bertemu dibayar lunas oleh Leeanka dengan satu hari yang begitu berwarna.
Sungguh. Kirana bahagia.
"Sayang .... "
Saat Kirana membuka matanya, wajah tampan kekasihnya yang dia lihat. Kekasih yang seharian ini bahagia bersamanya.
"Pulang?" Kirana menggeleng. Tanpa suara gadis itu menaruh kepalanya di pundak tegap Leeanka. Dia kembali memejamkan matanya.
Tangan Leeanka bergerak mengelus surai coklat milik Kirana. Matanya tertuju pada seonggok manusia yang tertidur pulas di depannya. Meskipun tipis, bibirnya melengkung membentuk senyuman.
Vanya. Anaknya tertidur karena kelelahan. Gadis kecil itu terlihat begitu nyenyak tidur di bawah pohon hanya dengan beralaskan tikar.
Vanya menolak untuk tidur di pangkuan Kirana. Katanya takut Mamanya itu kelelahan.
Benar-benar pengertian.
"Terima kasih untuk semuanya. Aku bahagia. Kemarin, sekarang, dan mungkin esok. Jika bersama kamu dan Vanya,"
Leeanka tidak bersuara hanya telinga yang dia gunakan untuk mendengarkan kekasihnya.
"Jika esok Vanya kehilangan Mama nya, dia akan dapat Bunda yang akan jauh lebih baik dari Mamanya, ya, Leeanka?" Mata Kirana sudah menatap Leeanka. Senyumnya tidak pernah pudar menghiasi wajah cantiknya itu.
"Bodoh," jawab Leeanka dingin.
Leeanka membuang pandangannya dari Kirana, menghindari kontak mata dengan gadis yang baru saja dia katai bodoh itu.
Kirana mengehela napasnya. Tatapannya kini jauh menerawang langit jingga di depannya. Dalam-dalam dia menghirup udara di sekitarnya seolah pasokan udara di alam semesta ini menipis.
"Aku selalu bilang, selama aku masih bernapas kamu hanya milikku. Hanya milikku. Tapi jika udara ini tidak bisa aku hirup kembali," Kirana menoleh pada Leeanka. Tangannya yang dingin bergerak mengelus pipi Leeanka, "aku melepasmu. Kamu bukan lagi milikkuz" tambah Kirana.
Menoleh. Tatapan Leeanka kini terpusat penuh kepada Kirana. "Mau pergi?" tanya Leeanka begitu sendu.
Tidak ada lagi nada angkuhnya, yang ada hanya rasa takut yang tiba-tiba menyergap.
Kirana mengangkat kepalanya dari pundak Leeanka. Dia balas menatap Leeanka. "Aku yakin napas ku masih panjang," jawab Kirana diakhiri dengan senyuman.
Senyuman Leeanka kini tercetak jelas.
Sedikit menunduk, Leeanka mensejajarkan wajahnya dengan wajah Kirana.Dipandangnya wajah itu dengan senyuman miliknya, sebelum Leeanka berujar, "tetap tersenyum, aku mencintaimu," ujar Leeanka begitu lembut. Jauh dari nada dinginnya.
"Aku akan bertahan sejauh yang aku bisa. Dan kamu, jangan menangis jika aku sudah lelah. Aku juga mencintaimu lebih dari aku mencintai diriku sendiri. Terima kasih untuk semuanya. Kenangan indah denganmu akan menjadi cerita terindah untukku. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu." Saat itulah, setetes air mata jatuh dari mata indah Kirana. Air mata bahagia, juga luka.

KAMU SEDANG MEMBACA
LEEANKA | COMPLETED
Teen FictionFRSA#1 LEEANKA Ketika Ikhlas yang tak kunjung datang. Celakanya, yang datang dia yang mencoba diikhlaskan. Hatinya memang tidak kembali bergetar saat mata yang dulu menyakitinya datang dan menatapnya dengan tatapan yang tak pernah berubah. Perasaan...