Kenyataannya saat itu adalah saat terakhir hatimu aku miliki.
----o0o----
Rainka sibuk memberi makan cacing-cacing di perutnya dengan roti abon yang sejak tadi melewati mesin pengunyahan.
Dia sengaja tidak kembali ke kamar inap Yasa dan memilih taman untuk tempatnya makan karena Rainka tahu akan jadi apa dirinya jika berada di antara manusia-manusia yang tengah menjalin kasih di dalam sana.
Bukan nyamuk lagi, tapi virus yang tidak terlihat.
Nathaline pulang lebih dahulu karena dia ditelepon ayahnya. Mau tidak mau Rainka harus menunggu Anina melepas rindu dengan Yasa.
Beberapa hari ini Rainka memang kerap kali menunggu seseorang. Kemarin Nitha dan sekarang Anina. Hidupnya memang selalu tentang menunggu.
Dua roti abon sudah lahap habis bersarang di perut langsing Rainka. Dan, tiga gelas es jeruk entah sudah jadi apa di dalam sana.
Rainka mengelus perutnya, kenyang. Matanya mengedarkan pandangan ke setiap sudut taman. Masih ada lalu lalang manusia.
"Malaikat?" gumam Rainka terkejut dengan seonggok manusia yang tengah duduk lesehan di atas rumput di bawah pohon rindang.
Dengan langkah pasti dia mendekati gadis yang tengah sendirian itu. Prasangka-prasangka sudah bersarang dalam kepala, memikirkan gadis bak malaikat yang kemarin dia temui ternyata ada di rumah sakit.
Apakah dia benar-benar pingsan? Atau justru dia korban tabrak lari?
Atau ...."Hai."
Gadis yang dipanggil menoleh. Matanya melebar melihat Rainka. Ragu-ragu Rainka ikut duduk lesehan.
"Kamu nemenin aku malam itu kan?" tanya Rainka memastikan.
"Iya," jawabnya begitu lembut. Senyuman itu sudah tercetak jelas, melengkung indah menghiasi paras ayu nya.
"Kamu sakit?" Pakaian yang dikenakan gadis itu sama dengan apa yang Yasa kenakan. Itu artinya dia adalah pasien di sini.
"Iya."
"Karena kedinginan?"
"Mungkin."
"Segitunya ya?" tanya Rainka polos.
Gadis putih itu kembali tersenyum membalas kepolosan gadis berkepang gantung di depannya.
"Nama kamu siapa?" tanyanya seraya mengulurkan tangannya.
"Rainka, panggil aja Ran," jawab Rainka sembari menjabat tangan. Dingin menjalar seketika. Tangan lembut milik gadis itu begitu dingin.
"Kirana. Bisa dipanggil Rana, singkatnya Na," balas Kirana masih dengan senyuman juga nada lembutnya.
"Tangan .... "
Kirana tiba-tiba menarik tangannya membuat Rainka terkejut.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Kirana mengalihkan topik.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEEANKA | COMPLETED
JugendliteraturFRSA#1 LEEANKA Ketika Ikhlas yang tak kunjung datang. Celakanya, yang datang dia yang mencoba diikhlaskan. Hatinya memang tidak kembali bergetar saat mata yang dulu menyakitinya datang dan menatapnya dengan tatapan yang tak pernah berubah. Perasaan...